Jakarta, CNN Indonesia -- Perang suku bunga deposito belum akan berakhir kendati Otoritas Jasa Keuangan sudah menyampaikan peringatan sejak pekan lalu. Bank tetap berani menawarkan bunga deposito belasan persen karena permintaan kredit masih tinggi.
Pengamat perbankan Aviliani mengatakan bank tidak bisa dipersalahkan atas terjadinya perang bunga deposito. Di saat likuiditas ketat, upaya bank untuk meraup dana masyarakat terpaksa harus diiming-imingi suku bunga yang menggiurkan. “Perang bunga baru bisa berakhir kalau permintaan kredit tidak ada lagi, selama margin dengan kredit masih tinggi, bank masih tetap berani tawarkan bunga deposito yang juga tinggi,” kata Aviliani kepada CNN Indonesia, Senin (22/9).
Menurut dia, pemerintah sejatinya turut membantu mengatasi kekeringan likuiditas bank dengan memindahkan dana APBN yang saat ini mengendap di Bank Indonesia sebanyak Rp 170 triliun. “Kalau itu ditaruh di bank maka ekonomi bisa lebih bergairah,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, rata-rata rasio dana terhadap kredit (
loan to deposite ratio/LDR) di perbankan masih tinggi yakni 95 persen. Hal itu, menurut Aviliani, disebabkan karena masih tingginya laju permintaan kredit yang tidak dibarengi dengan masuknya dana masyarakat ke bank.
Berdasarkan survei Bank Indonesia, pencapaian Dana Pihak Ketiga (DPK) tahun ini diperkirakan lebih rendah dari tahun lalu, terutama untuk deposito di bank besar. Sedangkan bank menengah cenderung lebih optimistis. BI memperkirakan biaya dana (
cost of fund) bank tahun ini lebih besar dari tahun lalu dari 4,13 persen-7,39 persen menjadi 4,84 persen-8,98 persen pada 2014. Biaya dana ini meningkat 114 basis poin, lebih tinggi dari kenaikan biaya kredit sebesar 93 basis poin.
BI melakukan survei terhadap 119 bank di Indonesia. Margin (
spread) antara suku bunga dana rupiah dengan kredit modal kerja sebesar 6,58 persen,
spread untuk kredit investasi 6,56 persen, kredit konsumsi 8,21 persen, kredit pemilikan rumah dan apartemen 5,93 persen, dan kredit kendaraan bermotor sebanyak 7,03 persen.
Menurut Aviliani, permintaan kredit konsumsi masih tetap tinggi. Kartu kredit misalnya, meski bunga yang dikenakan mencapai 2 persen lebih dalam sebulan, namun minat masyarakat menggunakan kartu kredit masih besar. Hal itu yang membuat bank tetap ekspansi di sektor konsumsi hingga berani membayar bunga dana yang lebih tinggi. "Tidak mungkin bank berani bunga deposito besar kalau margin dari bunga kredit tidak besar juga," kata dia.