Cara Ampuh Bagi Pemerintah Dalam Melonggarkan Likuiditas

CNN Indonesia
Senin, 22 Sep 2014 15:42 WIB
Ketatnya likuiditas terjadi karena pengaruh capital outflow, sehingga industri keuangan mengantisipasinya dengan menaikkan suku bunga.
Menteri Keuangan Chatib Basri memastikan belanja pemerintah akan meningkat pada kuartal III dan IV. (Foto: Rengga Sancaya/detikFoto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah diminta ikut membantu melonggarkan likuiditas dengan mencairkan anggaran negara yang tersimpan di Bank Indonesia. Langkah fiskal ini dinilai mampu meredam perang suku bunga perbankan.

A. Prasetyantoko, Ekonom Universitas Atmajaya menjelaskan perang suku bunga terjadi karena ada selisih yang cukup lebar antara simpanan masyarakat di bank dengan kredit yang dikucurkan. Saat ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sekitar 13 persen, sedangkan pertumbuhan kredit sekitar 15 persen sampai 16 persen.

"Karena itu bank berlomba-lomba menarik dana masyarakat dengan menawarkan bunga tinggi," kata Prasetyantoko di Jakarta, Senin (22/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, ketatnya likuiditas juga terjadi karena pengaruh keluarnya modal asing dari pasar dalam negeri (out flow). Untuk meredam hal itu, industri keuangan terpaksa menaikan suku bunganya. "Untuk itu perlu instrumen keuangan baru untuk memperdalam industri keuangan," katanya.

Dia menambahkan, pemerintah juga perlu membantu otoritas moneter dalam menstabilkan sistem keuangan dengan cara mengoptimalkan penggunaan dana APBN yang mengendap di kas bank sentral. Menurutnya pemerintah juga bisa melakukan quantitative easing seperti buy back surat utang, sayangnya mekanisme untuk melakukan itu belum jelas.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan koordinasi untuk mengantisipasi pengetatan likuiditas. Chatib memastikan pemerintah akan mempercepat belanja negara pada semester II 2014 untuk membantu menjaga likuiditas.

Chatib mengakui jumlah dana pemerintah yang tersimpan di bank sentral sekitar Rp 170 triliun. Dana tersebut baru akan dibelanjakan pada akhir tahun untuk membayar proyek-proyek yang telah tuntas pelaksanaannya. "Jadi bukan dana idle atau tidak terpakai. Karena memang belanja pemerintah akan meningkat pada kuartal III dan IV setiap tahun seperti itu. Jadi tanpa disuntik pun likuiditas dipasar akan cukup," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER