Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia belum mau menandatangani Kesepakatan Asean Banking Integrated Framework (ABIF) dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Sebab, BI menganggap perbankan Indonesia belum mendapatkan azas kesetaraan di regional.
Direktur Komunikasi BI Peter Jacob menyatakan, Gubernur BI Agus Martowardojo belum menandatangani perjanjian kerjasama antara bank-bank negara ASEAN tersebut. "Karena BI belum melihat adanya satu unsur azas timbal balik yang menguntungkan perbankan kita," ujar Jacob di Jakarta, Selasa (30/9).
Menurut dia peluang perbankan Indonesia untuk masuk ke pasar ASEAN masih terlalu kecil, terutama ke negara Singapura dan Malaysia. Hal itu dinilai tidak sesuai dengan prinsip ABIF yang mengedepankan resiprokal ke setiap bank negara ASEAN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peter mencontohkan bank-bank asal Malaysia dan Singapura telah masuk ke pasar perbankan Indonesia secara masif. Sebaliknya Indonesia masih sulit untuk masuk ke dua negara tersebut. "Mereka bisa membuka ATM di sini, menarik nasabah kita, tapi itu tidak sama perlakuannya dengan bank-bank Indonesia di sana. Karena itu Pak Gubernur belum mau tanda tangan," ujarnya.
Peter menjelaskan, BI akan menandatangani kesepakatan tersebut apabila negara-negara ASEAN yang tergabung dalam ABIF mampu mengakomodasi kepentingan perbankan Indonesia untuk dapat berekspansi di negara mereka. "Kalau sudah diberikan akomodasi dan perlakuan yang sama, baru kita tandatangani," ujarnya.
Masyarakat Ekonomi Asean sedianya mulai berlaku tahun depan. Namun untuk sektor perbankan, iklim bebas usaha itu baru bisa terlaksana pada 2020. Tak hanya sektor perbankan yang belum siap menghadapi ancaman pasar bebas, banyak industri lain yang juga belum siap karena keterbatasan Sumber Daya Manusia dan daya saing produk dalam negeri.