Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) akan menaikkan tarif angkutan umum sekitar 20-30 persen jika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi Rp 3.000 per liter pada November 2014. Ketua Umum Organda Eka Sari Lorena Soerbakti menjelaskan kenaikan tarif tersebut untuk mengimbangi naiknya biaya operasional perusahaan angkutan darat, baik itu angkutan barang maupun penumpang.
Menurut Eka, Organda telah melaporkan rencana kenaikan tarif angkutan umum tersebut kepada Kementerian Perhubungan dan akan direalisasikan pada saat harga BBM bersubsidi naik. "Naiknya biaya operasional kami selain dari BBM juga dari naiknya harga suku cadang. Jika tarif angkutan darat naik, pasti akan berimbas ke perusahaan-perusahaan lain yang mengandalkan angkutan darat untuk mendistribusikan barang produksinya," kata Eka kepada CNN Indonesia, Selasa (30/9).
Eka mengkritisi kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi pemerintah yang selama ini tidak diimbangi dengan perhatian khusus bagi pengusaha angkutan darat. Menurutnya kebijakan mobil murah serta begitu rendahnya uang muka yang harus dibayarkan masyarakat untuk dapat membeli sepeda motor merupakan beberapa contoh yang dapat mematikan perusahaan angkutan darat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembebasan pajak justru diberikan kepada industri otomotif yang memproduksi mobil murah. Akibatnya daripada naik angkutan umum, masyarakat lebih memilih membeli mobil dan sepeda motor yang menjadi pengguna terbesar BBM bersubsidi. Kebijakan ini kan lucu," kata Eka.
Kondisi lain yang menurutnya memberatkan pengusaha anggota Organda adalah pemerintah tidak pernah serius memperbaiki dan menambah infrastruktur jalan darat di Indonesia, tetapi lebih mengutamakan pembangunan jalur kereta api.
"Kereta api itu model angkutan barang dan penumpangnya
port to port. Sementara kami bisa melayani angkutan yang langsung ke tujuan, jadi sebenarnya peranan angkutan darat ini tidak bisa digantikan oleh kereta api," tegasnya.
Tanpa menaikkan tarif angkutan, Eka memperkirakan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi akan mempersulit bisnis anggotanya selama enam bulan ke depan. "Setelah itu kita lihat saja ada berapa perusahaan angkutan darat yang bangkrut kalau tidak ada insentif pembelian suku cadang atau dana
public service obligation dari pemerintah," kata Eka.
Sebelumnya Johari Zein, CEO PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Logistics) mengungkapkan akan menaikkan ongkos kirim barang sebesar lima persen tahun depan jika kenaikan harga BBM berdampak pada peningkatan biaya operasional perusahaan sebanyak 10 persen. "Selain harga BBM yang akan naik, tarif listrik sudah duluan naik. Kalau sudah begini, tentu akan berpengaruh pada naiknya upah minimum tenaga kerja dan biaya pengiriman kami," ujar Johari.
Kenaikan tarif merupakan pilihan terakhir yang akan dilakukan JNE. Johari mengungkapkan perusahaan masih memikirkan strategi lain untuk mengurangi pengeluaran. Salah satunya dengan lebih banyak melakukan
direct delivery daripada harus melakukan pengiriman transit.