POLITIK DAN EKONOMI

Jokowi Anggap Elit Politik Abaikan Pasar

CNN Indonesia
Rabu, 08 Okt 2014 13:13 WIB
Meski DPR dan MPR dikuasai kubu Prabowo Subianto, namun Joko Widodo optimistis menjalankan laju pertumbuhan ekonomi ke depan.
Presiden terpilih Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden terpilih Joko Widodo terlihat geram ketika dimintai pendapatnya tentang kursi pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang kembali dikuasai kubu Prabowo Subianto. Persaingan politik telah mengalahkan kepentingan negara yang lebih besar dari sisi ekonomi.

Menurut Jokowi, pelaku pasar dan investor semakin resah dengan isu politik. Sebab, semua sinyal politik itu didengar dan direspon oleh masyarakat dan investor. "Itu harus diperhatikan oleh semua elit politik. Masalahnya mereka itu tidak pernah mendengar," kata Joko Widodo, Rabu (8/10).

Dia mengaku memaklumi jika pelaku pasar, investor, dan pengusaha khawatir akan potensi persinggungan antara eksekutif dan legislatif dalam pemerintahan yang dipimpinnya nanti. "Tapi itu tugas kami di pemerintah untuk menyelesaikannya. Ekonomi harus maju, semua kendala harus diatasi," katanya

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Bahana TCW Asset Management Budi Hikmat menilai pemerintah Indonesia terlalu lama merancang reformasi dan bisa menumbulkan resesi ekonomi jika reformasi itu tidak dilakukan segera. Masalah politik dalam negeri membuat reformasi pada sektor ekonomi bisa terhambat. "Kalau menaikkan bahan bakar minyak saja harus minta persetujuan DPR dan harus melewati persinggungan, ini bisa membahayakan pemerintah," kata dia.

Salah satu langkah yang harus segera dilakukan Jokowi setelah dilantik 20 Oktober mendatang adalah menaikkan harga BBM. Kenaikan tersebut harus dilakukan sedikitnya Rp 2.000 per liter agar tidak menyulitkan Jokowi ke depan karena harus melalui izin Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dikuasai partai oposisi. "Tapi kalau naiknya Rp 3.000 per liter, Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang tersedia Rp 10 triliun, tidak akan cukup menanggungnya," kata Budi.

Menurut dia, anjloknya pasar saham tanah air dalam sebulan terakhir tak hanya disebabkan faktor global, tapi juga politik dalam negeri. Sehingga, apapun keputusan yang dilakukan parlemen, akan direspon dengan cepat oleh pelaku pasar.

Pada perdagangan sesi I, Rabu (8/10), IHSG anjlok 52,58 poin atau 1,05 persen ke level 4.980,26. Namun, aksi beli asing masih tercatat sebesar Rp 93,99 miliar. Index LQ 45 turun 1,24 persen ke 841,82. Sementara nilai tukar rupiah melemah ke posisi Rp 12.241 per dolar Amerika Serikat, padahal sehari sebelumnya masih menguat ke posisi Rp 12.190 per dolar AS.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER