Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan nilai investasi sektor riil tahun depan bisa mencapai Rp 525,09 triliun, naik 15 persen dari posisi akhir tahun lalu. Meskipun perekonomian global sedang lesu,
Kepala BKPM Mahendra Siregar optimistis target tersebut bisa dicapai.
Apa yang mendasari keyakinan mantan Wakil Menteri Keuangan dan Wakil Menteri Perdagangan tersebut? CNN Indonesia merangkum beberapa tips Mahendra untuk meningkatkan investasi bagi Pemerintahan Joko Widodo mendatang.
Bagaimana kondisi investasi di Indonesia saat ini?Lima tahun lalu komposisi penanam modal dalam negeri (PMDN) dengan penanam modal asing (PMA) itu 1 berbanding 6. Pada 2013, komposisinya sudah berubah menjadi 1 PMDN berbanding 2 PMA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu menandakan apa?Artinya perusahaan Indonesia dari sisi kapasitas telah menjadi besar. Tidak hanya sebagai investor, tetapi juga sebagai mitra investor asing. Banyak perusahaan asing yang masuk ke Indonesia karena merasa nyaman dengan mitra lokal yang memiliki reputasi bagus.
Kemudian, 7 sampai 8 tahun lalu investasi terbesar masuk ke sektor sumber daya alam. Mulai dari perkebunan kelapa sawit sampai ke minyak dan gas bumi serta mineral. Tahun lalu, tren tersebut sudah bergeser, investasi mulai banyak masuk ke sektor manufaktur.
Tren investasi di Indonesia sudah berubah, tidak lagi di sektor sumber daya alam tetapi mengarah ke manufaktur yang menyerap tenaga lebih banyak dan memberikan nilai tambah yang lebih besar atas suatu produk.
Bagaimana tren investasi tahun depan?Saya perkirakan nilai investasi naik 15 persen dibandingkan target tahun ini. Dengan pertumbuhan ekonomi minimal sebesar 5,5 persen, itu setara dengan pertumbuhan investasi sektor riil sebesar 15 persen. Tetapi kalau pemerintah bisa memperbaiki dan menambah infrastruktur, angka 15 persen itu jadi lebih mudah tercapai.
Sektor mana saja yang akan menjadi favorit investor?Sejak 2009-2014, realisasi investasi di sektor otomotif naik 600 persen. Tahun depan saya perkirakan tidak akan jauh berbeda. Investasi tetap akan banyak masuk ke manufaktur, pemrosesan produk tambang atau smelter, infrastruktur, telekomunikasi, serta consumer goods atau makanan dan minuman.
Itu sektor industri primer yang akan banyak menyedot investasi tahun depan. Sementara industri pendukung yang juga akan banyak menyedot investasi adalah sektor jasa. Karena industri primer tersebut tidak akan bisa tumbuh tanpa adanya industri jasa, mulai dari jasa perbankan yang memberikan kredit, transportasi, perhotelan, serta industri hospitality lainnya. Sektor jasa ini untuk jangka panjang akan banyak investor barunya, dan akan cepat menyusul masuk ke industri primer.
Banyak yang menilai situasi politik yang tidak kondusif membuat investor ragu menanamkan modalnya di Indonesia. Apakah tidak akan berpengaruh terhadap investasi sektor riil tahun depan?Kondisi politik seperti ini adalah suatu hal yang sudah terjadi, suatu realita politik Indonesia yang harus dijalani selama lima tahun ke depan. Persoalannya adalah, para investor dan pengusaha tidak menduga situasi politik di DPR dan MPR akan seperti itu sehingga mereka kaget.
Tetapi mari coba kita pahami hal tersebut sebagai realita dan jangan diperdebatkan lagi. Karena sekarang persoalan yang lebih besar adalah bagaimana kebijakan pembangunan yang akan dilakukan pemerintahan baru, kita perlu lihat efektifitasnya seperti apa.
Apakah pernah berjumpa investor mengeluhkan situasi politik di Indonesia saat ini?Karakter direct investment investor dengan market investor itu berbeda. Saya tidak pernah mendengar keluhan dari investor sektor riil terkait isu politik. Tetapi kalau ditanyakan ke investor pasar modal, tentu berbeda karena mereka sifatnya jangka pendek. Sementara investasi di sektor riil itu untuk jangka panjang. Tidak terpengaruh dengan situasi politik saat ini.
Perhatian utama mereka adalah apakah permintaan pasar Indonesia akan produk-produk manufaktur itu berkelanjutan atau bersifat jangka panjang atau tidak, dan langsung saya jawab iya. Karena pasar Indonesia sangat besar dan kelas menengah yang konsumsinya tinggi jumlahnya terus tumbuh. Hal ini tentu menarik untuk investor, karena tidak ada negara lain di kawasan ini yang pasarnya begitu luas dengan daya beli masyarakat yang terus meningkat.
Sekarang tinggal bagaimana kualitas kebijakan dari pemerintahan baru nanti. Kalau pemerintah tegas dalam menjalankan kebijakan pembangunan, maka tidak ada masalah bagi investor untuk masuk ke Indonesia.
Kebijakan apa saja yang harus dipertegas pemerintah baru sehingga membuat investor yakin?Persoalan fundamental negara ini seperti subsidi bahan bakar minyak (BBM), pembangunan infrastruktur yang memadai, serta kepastian dari sektor tenaga kerja. Pemerintah mendatang harus bisa mengirimkan sinyal-sinyal tersebut dalam kebijakannya sehingga mengundang komitmen investasi dari investor.
Jika hal itu bisa dilakukan, pekerjaan rumah selanjutnya adalah menjaga bagaimana momentum selama lima tahun ke depan, sepuluh tahun ke depan, dan seterusnya.