Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina meneken Joint Study Agreement (JSA) bersama Wartsila Oil & Gas System AS dan PT Godang Tua Jaya untuk memanfaatkan tumpukan sampah menjadi sumber energi. Rencananya, ketiga perusahaan itu akan membangun proyek pengolahan sampah menjadi gas alam cair atau Bio LNG (Liquefied Natural Gas).
Langkah itu dilakukan untuk mengoptimalisasi sumber energi terbarukan demi menekan angka konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia. Sampah-sampah di Bantar Gebang Bekasi itu beratnya mencapai 6.000 ton per hari. "Yang akan diolah menjadi biogas mencapai 500 ton sampah per hari,” kata VP Gas Engineering & Operation Management Pertamina, Salis Aprilian, Kamis (9/10).
Pada proyek ini, ketiga perusahaan tersebut akan menggunakan teknologi khusus yang dapat mengonversi sampah menjadi gas alam cair (LNG) atau gas biomethane. Sampah-sampah itu akan diubah menjadi biogas melalui proses anaerobic yang kemudian diolah menjadi LNG.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poyek yang diprediksi menelan dana sebesar US$ 20 juta itu diyakini mampu menghasilkan 10 ton bio LNG per hari. “Dengan investasi dan harga Bio LNG di kisaran US$ 16, IRR proyek ini diatas 10 persen. Jadi cukup prospektif,” tuturnya.
Salis menargetkan proses JSA bio LNG bisa selesai 2014. Dengan begitu ia optimistis proyek ini bisa beroperasi pada 2017. “Tender konstruksinya sendiri tahun depan. Mudah-mudahan saja pada 2025 porsi energi terbarukan yang dimanfaatkan Pertamina mencapai 25 persen,” ungkap Salis.
Teliti Gas HidratSelain menggarap proyek bio LNG, perusahaan migas plat merah itu juga tengah meneliti keberadaan cadangan gas metan hidrat di Indonesia. Konon, cadangan gas metan hidrat Indonesia disinyalir mencapai 2.000 triliun cubic feet (Tcf).
Spesialis fosil energy Pertamina, Alfian Usman mengungkapkan keberadaan gas metan hidrat sendiri banyak terdapat di dasar laut Indonesia. "Umumnya ada di laut dalam. Saat ini masih diteliti," ujar dia.