Jakarta, CNN Indonesia -- Persoalan tumpang tindih perizinan membuat program gas metan batubara atau Coal Bed Methane (CBM) di Indonesia belum berhasil. Dari target produksi 500 juta metrik standar kubik kaki per hari (mmscfd) pada 2015, saat ini produksi gas batubara muda itu tak lebih dari 2 mmscfd.
"KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) CBM mengeluhkan sulitnya Perijinan karena lintas Kementerian dan instansi. Ditambah persoalan pembebasan tanah karena eksplorasi CBM itu butuh lahan yang besar," ujar Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Gde Pradnyana kepada CNN Indonesia, Kamis (9/10).
Coal Bed Methane adalah suatu bentuk gas alam yang berasal dari batu bara. Berdasarkan catatan, dari 39 KKKS yang telah mengantongi izin eksplorasi, hanya enam perusahaan yang dinilai serius menggarap proyek CBM. Perusahaan itu antara lain PT Pertamina bekerjasama dengan PT Bukit Asam di Sumatera Selatan, Energi Pasir Hitam Indonesia (Ephindo), CBM Asia, Medco Energi yang memiliki wilayah kerja pertambangan di wilayah Kalimantan, serta Vico Indonesia yang telah memproduksi CBM dari wilayah kerjanya di Kutai Kertanegara.
"Setahu saya itu juga tidak besar sekitar 0,5 mmscfd. Tapi hal ini bisa menjadi barometer awal," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT