PENGEMBANGAN HALIM

Citilink Pertanyakan Konsesi Lion di Halim

CNN Indonesia
Rabu, 15 Okt 2014 09:37 WIB
Citilink mempertanyakan status Bandar Udara Halim Perdanakusuma setelah Lion Air menyatakan punya hak konsesi atas lahan bandara itu.
Pesawat Citilink saat pertama kali mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma. (Grandyos Zafna/Detikcom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Citilink Indonesia, anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang melayani penerbangan low cost carrier meminta kepastian status dari Bandara Halim Perdanakusuma. PT Lion Mentari Airlines menyatakan mereka adalah pemegang hak konsesi pengelolaan lahan bandara tersebut sejak 2006 sampai 2031.

Rencana Lion yang ingin memugar Halim selama sembilan bulan ke depan dinilai membingungkan. Citilink sudah punya kontrak dengan PT Angkasa Pura II, selaku pengelola bandara, untuk melayani penerbangan reguler di bandara tersebut mulai 10 Januari 2014.

Arif Wibowo, CEO Citilink mengatakan ketika memutuskan melayani penerbangan dari Halim, manajemen memiliki tujuan ingin memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Menteri Perhubungan yang kembali mengizinkan penerbangan reguler melalui bandara tersebut. Seperti maskapai lain, sebelumnya Citilink memusatkan operasinya di Bandara Soekarno-Hatta yang mengakibatkan kepadatan luar biasa di bandara tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami terbang dari Halim karena mengikuti pemerintah yang menyatakan bisa digunakan untuk penerbangan reguler. Alasan pemerintah ketika itu kan untuk mengurangi kepadatan Soekarno-Hatta sehingga menugaskan Angkasa Pura II berkoordinasi dengan TNI Angkatan Udara untuk menyediakan layanan penerbangan dari Halim," ujar Arif kepada CNN Indonesia, Rabu (15/10).

Saat ini Citilink melayani 18 kali penerbangan dalam sehari melalui Halim menuju Surabaya, Yogyakarta, Palembang, Malang, Semarang, Balikpapan, dan Solo. Selain Citilink, maskapai lain yang juga terbang rutin dari Halim adalah Pelita Air menuju Matak, Susi Air menuju Nusawiru dan Cilacap, Transnusa yang terbang ke Matak, serta Travira Air yang melayani penerbangan ke Matak dan Ambon.

Agar tidak membuat penumpang pesawat bertanya, serta untuk memastikan kelanjutan bisnis Citilink ke depan Arif berharap pemerintah dapat membuat keputusan yang tegas terkait Halim.

"Semua kita percayakan kepada Pemerintah dan TNI, karena kepentingan nasional, pertahanan nasional, serta BUMN adalah untuk kepentingan rakyat Indonesia. Saya tidak tahu prosedur atas penguasaan hak konsesi kepada Lion tersebut apakah sudah memenuhi aspek tujuan kepentingan nasional atau tidak," ujar Arif yang juga Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association.

Sementara pihak Angkasa Pura II masih enggan berkomentar terkait rencana pengembangan Halim oleh grup Lion Air. Sekretaris Perusahaan Angkasa Pura II Daryanto mengatakan perusahaannya akan menunggu keputusan lebih lanjut dari pemerintah. "Saat ini kami masih operator Halim, kami menunggu keputusan lebih lanjut nantinya seperti apa," katanya.

Kemarin Edward Sirait, Direktur Umum Lion Air membeberkan rencana pengembangan Halim dengan membentuk anak usaha PT Angkasa Transportindo Selaras bersama Induk Koperasi TNI Angkatan Udara (Inkopau) dengan komposisi kepemilikan saham 80-20 persen.

Lion menurut Edward telah memiliki perjanjian kerjasama pemanfaatan lahan Halim seluas 21 hektare dengan Inkopau yang dibuat 2006 lalu dan berlaku selama 25 tahun atau sampai 2031.

Lion berencana menambah kapasitas terminal penumpang Halim menjadi 11,5 juta penumpang per tahun dibandingkan saat ini yang hanya sanggup menampung 1,9 juta penumpang per tahun. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) telah ditetapkan Lion sebagai kontraktor pengembangan Halim yang diperkirakan akan memakan biaya Rp 5 triliun.

Selain terminal penumpang, Adhi Karya akan menambahkan business center, masjid, hotel, ruang MICE, taxi way, serta apron dan 17 garbarata yang akan menghubungkan pesawat dengan terminal. Lion juga meminta Adhi Karya membangun monorail yang terhubung dengan stasiun Dukuh Atas yang diperkirakan akan menghabiskan biaya Rp 3 triliun dari total Rp 5 triliun proyek pengembangan Halim tersebut.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER