Jakarta, CNN Indonesia -- Investor asing melepas obligasi negara hampir Rp 6 triliun dalam dua pekan. Otoritas pengelolaan utang menilai faktor panasnya tensi politik nasional sebagai pemicu terjadinya aliran modal keluar.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) mencatat jumlah kepemilikan obligasi negara oleh asing sebesar Rp 441,39 triliun per 13 Oktober 2014, turun dibandingkan dengan posisi akhir bulan lalu Rp 447,37 triliun.
Schneider Siahaan, Direktur Strategis dan Portfolio Utang DJPU, melihatnya sebagai aksi ambil untung oleh investor yang bersifat jangka pendek. Investor tampaknya tengah mengamati kondisi politik sampai kondusif dan menunggu pelantikan presiden terpilih Joko Widodo, sebelum masuk kembali ke pasar obligasi nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kemarin kan sempat ramai pas pemilihan MPR dan DPR, jadi mereka tampaknya sedang mencermati pasar dan menunggu pelantikan presiden," katanya.
Menurut Schneider, seharusnya investor asing justru bertahan di pasar Indonesia mengingat kondisi ekonomi global masih belum pasti pulih. Kondisi pasar dalam negeri dinilainya cukup kondusif pada saat ini, tercermin dari minat investor yang tinggi pada lelang enam seri obligasi negara pada Selasa (14/10).
"Penawaran yang masuk itu sampai Rp 32,8 triliun," katanya.
Keenam seri obligasi negara yang dilelang adalah SPN12150806 dan SPN12151001, dengan tenor masing-masing satu tahun. Lalu seri FR0069, FR0070, FR0071 dan FR0067, dengan tenor masing-masing lima tahun, 10 tahun, 15 tahun dan 30 tahun.
Dalam lelang kelima obligasi tersebut, total utang yang ditarik pemerintah sebesar Rp 12 triliun. Nilai imbal hasil (
yield) yang diberikan bervariasi berkisar 6,9 persen hingga 9,2 persen.
"
Yield-nya wajarlah dalam kondisi seperti ini," kata Schneider.