TANTANGAN JOKOWI

Ekonomi Indonesia Masih Rentan

CNN Indonesia
Kamis, 16 Okt 2014 16:16 WIB
Nilai tukar rupiah dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat mudah diguncang faktor global menyusul masih besarnya defisit transaksi berjalan.
ursa Efek (Reuters/Yuya Shino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perekonomian Indonesia sangat rentan terhadap sentimen global. Nilai tukar rupiah dan Index Harga Saham Gabungan sangat mudah diguncang faktor global menyusul masih besarnya defisit transaksi berjalan.

Gundy Cahyadi, Ekonom DBS Research Group. Gundy mengatakan, posisi Indonesia di mata investor dunia masih rawan dari sentimen risiko. "Dari segi persepsi investor, kondisi perekonomian Indonesia masih sangat vulnerable," ujar dia di Jakarta (16/10).

Indonesia masih rawan dan rentan dalam hal defisit transaksi berjalan. Barang impor masih lebih besar dibandingkan ekspor. "Curent account deficit kita masih tinggi, investor menyoroti itu. Itu yang menyebabkan aksi sell off di market mudah terjadi," kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, perekonomian Indonesia hampir mirip dengan India. Kedua negara membutuhkan infrastruktur, namun India masih bisa menjaga current account deficit nya lebih rendah dibandingkan Indonesia. Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan pada kuartal kedua 2014 mencapai US$ 9,1 miliar atau 4,27 persen dari GDP.

Berdasarkan hasil riset DBS Group, dalam satu bulan terakhir kekhawatiran investor dunia akan kenaikan suku bunga di AS (The Fed), telah memicu pelemahan nilai tukar rupiah dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi yang terburuk di Asia. "Sampai dengan 8 Oktober, IHSG menurun 4,6 persen lebih besar dibandingkan rata-rata saham di Asia sebesar 3 persen," katanya.

Sementara nilai tukar Rupiah dibandingkan dengan nilai mata uang Asia lainnya, mencatat kinerja terburuk kedua setelah mata uang Won (Korea Selatan). Dalam satu bulan terakhir, Rupiah merosot hingga 4 persen, padahal nilai tukar mata uang Asia lainnya rata-rata hanya menurun 2 persen.

Berdasarkan catatan, selama Januari-Oktober 2014, total beli bersih asing di pasar saham sebesar Rp 41,21 triliun. Sementara dalam sebulan terakhir (September-Oktober, nilai jual asing dari saham sudah mencapai Rp 14,7 triliun. Nilai tukar rupiah terhadap dolar masih volatile. Menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah hari ini menguat ke level Rp 12.207 per dolar AS dari sebelumnya Rp 12.229 per dolar AS.

Setidaknya ada lima tantangan yang harus dihadapi Jokowi ke depan, antara lain pelemahan kurs rupiah dan indeks saham, memburuknya iklim bisnis, terhambatnya pembangunan infrastruktur, perlambatan laju pertumbuhan ekonomi, dan meningkatnya pengangguran. Selama periode gejolak politik (26 September-13 Oktober 2014), setidaknya total nett sell asing di pasar modal mencapai Rp 7 triliun dan dalam waktu hampir bersamaan, kepemilikan asing atas obligasi negara juga menurun sekitar Rp 6 triliun. 

"Respon negatif investor mulai terlihat dari keluarnya arus modal asing (capital outflow) di pasar finansial khususnya di pasar saham dan obligasi," ujar Direktur Riset Katadata Heri Susanto.

Menurut Heri, Jokowi yang membutuhkan dana sebanyak Rp 6.500 triliun untuk pembangunan infrastruktur akan disulitkan, sebab kenyataannya realisasi dana infrastruktur yang disediakan (investasi Pemerintah Pusat, Swasta, dan Pemerintah Daerah) dalam satu dekade terakhir hanya dikisaran 2 persen dari PDB. "Bank Dunia sudah memperingatkan, bahwa politik yang tidak stabil akan mempengaruhi perekonomian nasional. Terlebih perekonomian Indonesia tahun ini diprediksi hanya akan mencapai 5,2 persen, lebih lambat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5,8 persen," ujarnya.

Dibutuhkan upaya dari para elite politik untuk meredam ketegangan guna memberikan jaminan situasi politik yang stabil sehingga para investor yakin untuk menaruh dananya di Indonesia. Jika para elite politik masih terus berseteru, ancaman tersebut bisa menyulitkan perekonomian ke depan. "Koalisi Prabowi dan Jokowi perlu secara arif meredakan ketegangan," ujarnya. 
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER