Jakarta, CNN Indonesia --
Effendi Simbolon, Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, mengatakan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla perlu menempatkan orang yang tepat untuk menduduki jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Figur ideal pemegang otoritas kebijakan energi bukan hanya harus punya kompetensi, tetapi juga tegas dan tidak mudah diintervensi oleh pihak-pihak yang mencoba mencari keuntungan.
"Kita tidak mau Kabinet Trisakti rasa neolib," ujarnya kepada CNN Indonesia, Kamis (22/10).
Menurut Effendi, sangat berbahaya jika posisi Menteri ESDM diisi oleh orang-orang yang mudah dititipkan kepentingan kelompok atau perusahaan tertentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam beberapa hari terakhir beredar sejumlah nama calon menteri kabinet Jokowi-JK. Sejumlah nama yang diisukan tengah bersaing untuk menempati posisi puncak Kementerian ESDM itu antara lain mantan Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto, Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Hendi Prio Santoso, dan Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budaya.
Effendi Simbolon lebih tertarik untuk menyoroti dua nama terakhir. Menurutnya, kedua petinggi BUMN tersebut dianggap belum layak jadi Menteri ESDM. "Kapasitas mereka belum cukup. Beda antara menjadi pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan di korporasi," tuturnya.
Hendi Prio Santoso menjabat sebagai Dirut PGN sejak 2008. PGN mencatatkan pertumbuhan laba bersih selama beberapa tahun sejak dipimpinnya. Namun, kecenderungannya berbalik pada 2013, di mana laba bersih PGN hanya US$ 860,53 juta atau turun 3,4 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 890,88 juta.
Hanung Budaya berkair di Pertamina sejak 1984, dengan menempati sejumlah jabatan strategi. Dia menjabat sebagai Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina sejak 2012. Pertamina dalam lima tahun terakhir berhasil mempertahankan kinerja keuangan yang positif. Pada 2013, Perseroan mencetak laba bersih senilai US$ 3,07 miliar, naik sekitar 11 persen dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 senilai US$ 2,77 miliar.