HARGA BBM

Pro-Kontra Program Pengalihan Subsidi BBM

CNN Indonesia
Jumat, 31 Okt 2014 17:23 WIB
Masyarakat kecil memiliki beragam pandangan menyikapi program pengalihan dana subsidi BBM yang akan dilakukan pemerintah melalui KIP dan KIS.
Marsono (40), salah seorang tukang becak di Depok menyadari subsidi BBM hanya menguntungkan para pemilik mobil saja sehingga dia mendukung jika harga BBM naik. (CNN Indonesia/Agust Supriadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana pemerintah memberikan kompensasi perlindungan sosial disambut positif oleh sebagian masyarakat kecil yang ditemui CNN Indonesia. Namun, tidak sedikit yang menganggapnya hanya sebagai pelipur lara sementara.

Toga Silalahi (50) angkat jempol buat pemerintah kalau jadi menaikkan harga BBM bersubsidi. Sopir angkutan umum jurusan Senen-Kampung Melayu itu memilih berbeda sikap dengan rekan seprofesinya yang mayoritas menolak kebijakan tidak populis itu.

"Biarin mahalin aja harga bensin, biar yang punya mobil dan motor gak seenaknya," ujar Toga sambil mengemudikan busnya, Jumat (31/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Toga merasa selama ini menjadi korban dari salah urus kebijakan subsidi pemerintah. Besarnya alokasi anggaran subsidi yang membuat harga BBM terjangkau dianggapnya telah membuat kendaraan pribadi menjamur di Ibu Kota, baik roda empat maupun roda dua. Alhasil pendapatannya terus menyusut, sedangkan ongkos BBM yang harus dikeluarkannya membengkak akibat macetnya jalan raya.

"Sudahlah naikkan aja yang tinggi, tak perlu kompensasi segala. Kayak Jokowi ada duitnya aja," ujar Toga dengan logat Batak-nya.

Toga tidak perduli dengan kompensasi karena dia tak pernah merasakannya. Bantuan Langsung Tunai (BLT) maupun Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) diibaratkan Toga sebagai obat gosok tak manjur.

Marsono (40), tukang becak beranak tiga punya harapan beda dengan Toga. Pria Jawa itu mendukung sepenuhnya kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. "Tidak apa-apa BBM naik yang penting negara aman. Karena uang negara banyak habis buat itu," ucapnya.

Dia menyadari bahwa kebijakan subsidi tak banyak membantu ekonomi keluarganya. Selama ini, dia mengaku hanya mengandalkan sepasang kakinya untuk mengayuh becak untuk menghidupi anak dan istrinya."Naikkan saja sekalian Rp 5.000 atau Rp 7.000, toh saya juga tidak pakai bensin," katanya.

Sementara Tarsiah (45), pemilik warung makan di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan mengaku pasrah jika pemerintah kembali menaikkan harga BBM. Maklum selama 12 tahun berjualan nasi rames, Tarsiah sudah mengalami tiga kali kenaikan harga BBM dan satu kali penurunan harga BBM.

"12 tahun berdagang, saya nyaris tutup usaha hampir lima kali," ujar Tarsiah. Dia menuturkan, biaya yang dikeluarkan untuk menghidupkan warung makannya itu sudah naik tiga kali lipat dibanding lima tahun lalu. Dia mencontohkan, pada 2009 harga daging masih Rp 65 ribu per kilo dan sekarang sudah naik dua kali liput.

"Tetapi saya ikhlas kalau setelah harga BBM naik, subsidinya diganti jadi berobat gratis," ujarnya.

Jaini (27), pedagang asongan di jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat dan Ibnu Malik (33), pedagang minuman ringan di jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat hanya meminta Presiden Joko Widodo benar-benar serius mempersiapkan dana kompensasi yang akan diberikan untuk rakyat kecil seperti mereka. "Kami sih mendukung saja, toh yang menikmati BBM kan orang kaya yang punya mobil," kaya Jaini.

Sementara Ibnu ingin pemerintah tidak berlama-lama menaikkan harga BBM, karena akan mengakibatkan harga-harga bahan pokok naik lebih dulu. "Naikin ajalah daripada pusing, ribat-ribut sana sini. Tapi kasih Kami bantuan dong kayak yang dulu-dulu. Soalnya kalau BBM naik, apa-apa juga naik. Semoga saja ada bantuan buat tambahan biaya sekolah anak. Jadi Jokowi benar-benar membuktikan sebagai Presidennya wong cilik," pungkas Ibnu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER