PROYEKSI INFLASI

Rupiah dan Harga BBM Dongkrak Inflasi Oktober

CNN Indonesia
Senin, 03 Nov 2014 07:36 WIB
Ekspektasi inflasi meningkat pada Oktober 2014 antara lain disebabkan oleh rencana pemerintah menaikkan harga BBM dan pelemahan Rupiah
Pedagang menakar beras di Pasar Palmerah, Jakarta, Rabu (1/10). Inflasi Oktober 2014 diprediksi bergerak di kisaran 4,6 persen hingga 4,7 persen (year on year). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan depresiasi Rupiah disinyalir memicu kenaikan harga barang dan jasa pada bulan lalu. Laju inflasi Oktober 2014 diprediksi berkisar 4,6 persen hingga 4,7 persen dibandingkan dengan realisasi bulan yang sama tahun lalu.

Lana Soelistianingsih, Kepala Ekonom Samuel Asset Management, memperkirakan inflasi bulanan Oktober 2014 sekitar 0,26 persen (month to month/m-t-m) atau tumbuh 4,61 persen dibandingkan dengan realisasi inflasi Oktober 2013 (year on year/y-o-y). Khusus untuk laju inflasi inti, dia memprediksi sekitar 3,69 persen (y-o-y).

"Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah ekpektasi inflasi dari rencana kenaikkan harga BBM bersubsidi yang direspon dengan naiknya harga-harga barang dan jasa," ujar Lana kepada CNN Indonesia, Minggu (2/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga dinilai Lana menjadi pembentuk inflasi atas produk-produk impor. Selain itu, penurunan harga komoditas di pasar global juga turut berpengaruh terhadap pembentukan harga pada Oktober 2014. "Sehingga ada potensi deflasi untuk bahan makanan yang diimpor," katanya.

Menurut Lana, inflasi berpotensi melonjak lebih tinggi pada November. Pemicunya masih sama, yakni ekpektasi inflasi yang terbentuk oleh rencana kenaikkan harga BBM bersubsidi dan kenaikkan tarif listrik. "Kemungkinan besar bank sentral masih akan mempertahankan BI rate di level 7,5 persen pada November," ramal Lana.

Juniman, Kepala Ekonom BII-Maybank, memperkirakan inflasi merangkak naik pada Oktober 2014 akibat dari musim kemarau yang berkepanjangan. Kekeringan besar yang terjadi sepanjang tahun ini telah menyebabkan gagal panen di beberapa areal pertanian di Indonesia. Alhasil, pasokan makanan menurun sehingga menyebabkan meningkatnya beberapa komoditas pangan di Indonesia, seperti cabai rawit, cabai merah, beras, buah-buahan, dan sayuran.

"Tekanan inflasi pada Oktober 2014 juga akibat kenaikkan harga LPG 12 kg dan tarif listrik. Dampak dari rencana pemerintah menaikkan harga BBM juga membuat meningkatnya harga-harga sejumlah barang dan jasa," tulis Juniman dalam Laporan Bulanan BII-Maybank edisi Oktober 2014.

Berdasarkan semua faktor tersebut, kata Juniman, inflasi Oktober kemungkinan sekitar 0,4 persen (m-t-m), lebih tinggi dibandingkan September yang sebesar 0,27 persen. Sementara untuk komparasi tahunan, inflasi Oktober diprediksi sekitar 4,76 persen (y-o-y), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 4,53 persen.  

"Sedangkan inflasi inti kami perkirakan sekitar 0,48 persen pada Oktober, lebih tinggi dibandingkan dengan September 0,29 persen. Secara tahunan, inflasi inti akan merangkak ke kisaran 4,19 persen dari 4,04 persen pada September 2014," jelas Juniman.  

Sebagai informasi, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode sebelumnya menetapkan target inflasi tahun ini sebesar 5,3 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2014. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi kumulatif selama periode Januari-September 2014 sebesar 3,71 persen.

Mantan Menteri Keuangan M. Chatib Basri pernah menyebutkan beberapa faktor yang berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi 2014, antara lain berkurangnya jumlah pasokan bahan pangan karena terdampak el nino dan wacana kenaikkan harga BBM bersubsidi.

"Selain itu, pemberlakuan tarif kereta ekonomi non-PSO (public service obligation atau subsidi) jarak jauh dan sedang di Pulau Jawa dan Sumatera mulai 1 Januari 2015, yang mulai dapat dipesan per 2 Oktober 2014, juga berpotensi menyumbang inflasi," katanya belum lama ini.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER