Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Oktober 2014 sebesar 0,47 persen atau tumbuh 4,83 persen secara tahunan. Kenaikkan tarif dasar listrik dan harga LPG menjadi pemicu utama inflasi bulan lalu. Secara kumulatif, inflasi selama periode Januari-Oktober 2014 sebesar 4,19 persen.
"Selain tarif dasar listrik dan harga LPG, tarif angkutan udara juga ditengarai sebagai penyebab inflasi Oktober tahun ini," ujar Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di kantornya, Senin (3/11).
Menurut Suryamin, penyumbang terbesar inflasi Oktober 2014 adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan tembakau sebesar 0,25 persen. Kelompok pengeluaran ini tercatat mengalami inflasi sebesar 1,04 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu tarif listrik 0,14 persen, bahan bakar rumah tangga 0,08 persen, tarif kontrak dan sewa rumah masing-masing 0,1 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyumbang terbesar inflasi berikutnya adalah kelompok bahan makanan dan makanan jadi, masing-masing menyumbang 0,05 persen dan 0,08 persen. Kedua kelompok pengeluaran ini masing-masing mengalami inflasi 0,25 persen dan 0,43 persen.
"Sub kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi tertinggi adalah bumbu-bumbuan 11,31 persen. Sedangkan komoditas penyumbang inflasi terbesar di kelompok ini adalah cabai, beras, dan jeruk," tuturnya.
Menurut Suryamin, sebanyak 74 kota mengalami inflasi dan 8 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 2,18 persen dan terendah di Mamuju 0,06 persen. Sedangkan kota yang mengalami penurunan harga adalah Kota Sorong Papua, dengan angka deflasi 0,06 persen.
"Beberapa komoditas yang mengalami deflasi adalah daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar, dan kangkung," katanya.
Untuk inflasi inti, BPS mencatat sebesar 0,27 persen (
month to month) pada Oktober 2014 atau 4,02 persen secara tahunan (
year on year). Sementara untuk inflasi atas komponen yang harganya diatur oleh pemerintah
(administered price) mengalami inflasi 1,34 persen, sedangkan komponen harga bergejolak (
volatile foods) mengalami inflasi 0,24 persen.
"Komponen
administered price memberikan andil terbesar 0,26 persen, diikuti oleh komponen inti 0,16 persen dan
volatile foods 0,05 persen," ujar Suryamin.
Pada bulan sebelumnya, September 2014, BPS mencatat laju inflasi sebesar 0,27 persen (m-t-m) atau 4,53 persen secara tahunan (y-o-y).