Jakarta, CNN Indonesia -- Tren pelemahan rupiah diprediksi masih akan berlanjut pada tahun depan terkena sentimen negatif normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat.
"Kami memprediksi di 2015 nilai tukar akan sampai Rp 12.000 sampai Rp 12.700," ujar Raden Pardede, Ekonom CRECO Research Institute, dalam seminar Economic and Market Outlook di Jakarta, Senin (3/11).
Menurut Raden, depresiasi kurs akan banyak dipengaruhi oleh sentimen global, khususnya kebijakan bank sentral AS yang pekan lalu menghentikan kebijakan stimulus (quantitative easing). "Saya pikir, akan ada banyak masalah di emerging market termasuk di Indonesia. Ini menjadi spekulasi di antara praktisi pasar finansial," ujar Raden yang juga menjabat sebagai Komisaris Independen BCA itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raden juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 akan ada di kisaran 5,2 hingga 5,5 persen. Sementara inflasi, angka inflasi diproyeksi bergerak di kisaran 6,5 persen sampai 7,5 persen dan diperkirakan, yang puncaknya akan terjadi pada kuartal kedua.
"Defisit transaksi berjalan juga masih akan bermasalah, tapi diperkirakan berkurang 2,5 persen dari PDB," lanjutnya.
Sementara itu, Head of Market and Sales Trading Bank of Tokyo Budi Mulyono mengatakan saat ini Indonesia belum bisa melepas ketergantungan dari aliran modal asal Negeri Paman Sam. Hal ini yang membuat Rupiah belum akan menguat pada tahun depan.
"Meskipun kita
positif thinking terhadap pemerintahan baru, kita harus menunggu. Rupiah tidak bisa langsung serta-merta pulih kembali ke bawah Rp 12.000," ujarnya.
Pada perdagangan hari ini nilai tukar rupiah terkoreksi sebesar 23 poin (-0,2%) ke level Rp 12.108 per dolar AS, setelah bergerak di kisaran Rp 12.090-Rp 12.125 per dolar AS.