Jakarta, CNN Indonesia -- PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan anak usahanya PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) mengambil utang senilai Rp 2,38 triliun dari PT Bank Nasional Indonesia (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Bank Mandiri, dan PT Bank Central Asia dengan jangka waktu 14 tahun. Utang tersebut diambil perusahaan untuk membangun sarana dan prasarana kereta rel listrik (KRL) sehingga dapat melayani lebih banyak lagi penumpang.
Kurniadi Atmosasmito, Direktur Keuangan Kereta Api menyebutkan pinjaman sebesar Rp 2,38 triliun tersebut merupakan 85 persen dari total dana yang dibutuhkan perusahaan untuk menambah armada KRL. Kurniadi menjelaskan saat ini KCJ baru mampu melayani 600 ribu penumpang per hari di perlintasan Jabodetabek.
"Pada 2019 kami menargetkan KCJ mampu melayani 1,2 juta penumpang. Untuk dapat mencapai target, unit kereta yang dioperasikan harus ditambah dari saat ini 580 unit menjadi 1.440 unit. Serta menambah panjang peron di seluruh stasiun lintas Jakarta-Bogor sehingga satu KRL bisa menarik 10 rangkaian kereta," ujar Kurniadi dikutip dari kantor berita Antara, Senin (10/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pencairan kredit dari konsorsium empat bank akan ditarik Kereta Api dalam dua tahap, yaitu tahap pertama maksimal Rp 2,12 triliun dan sisanya menjadi pencairan tahap kedua. Sebagian besar dari pinjaman tersebut akan digunakan perseroan untuk meningkatkan kapasitas stasiun lintas Jakarta-Bogor.
Tri Handoyo, Direktur Utama KCJ mengatakan perusahaannya akan memperoleh dana sebesar Rp 830 miliar dari total pinjaman yang dibuat induk perusahaannya tersebut. KCJ akan menggunakan seluruh pinjaman untuk menambah kereta sebanyak 860 unit sehingga target 1,2 juta penumpang bisa tercapai.
"Namun harus dipahami bahwa bisnis transportasi publik seperti KRL ini memiliki keuntungan yang tidak besar, atau tidak bisa diekspektasi mencapai 15-25 persen per tahun. Japan Railways saja hanya memperoleh untung 5 persen per tahun. Padahal kapasitasnya 30 kali lipat dari kita karena mampu mengangkut 16 juta orang per hari," ujar Tri.
Krishna Suparto, Direktur Business Banking BNI mengaku perusahaannya sama sekali tidak khawatir dengan jangka waktu pengembalian kredit cukup lama yang diminta Kereta Api. Sebab menurutnya di masa depan, Kereta Api merupakan salah satu infrastruktur dan prasarana yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.