Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) optimistis pasar logistik Indonesia tumbuh 14,7 persen pada 2015 dengan estimasi nilai mencapai Rp 1.849 triliun.
"Prediksi pasar logistik Rp 1.849 triliun atau tumbuh 14,7 persen itu termasuk kegiatan logistik dan transportasi yang menyebar di sekitar 17 ribu pulau di Indonesia," ujar Budi Paryanto, Wakil Ketua Aperindo pada seminar 'Menyingkap Potensi Logistik Indonesia', Kamis (13/11).
Menurutnya, Indonesia sebenarnya punya posisi strategis di pasar logistik kawasan karena punya populasi dan perdagangan yang sangat besar. Namun, masih banyak hambatan dan tantangan untuk bisa menggali potensi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita akan masuk MEA 2015 dan kita tidak punya pilihan untuk menghindar. Siap atau tidak siap, suka atau tidak suka itu harus kita hadapi," katanya.
Kalau tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar, kata Budi, maka para pengusaha dan pemerintah harus segera membenahi sistem logistik Indonesia. Terutama menyangkut kendala infrastruktur dan regulasi. "Potensi logistik kita selama ini luput dari perhatian, tetapi sebenarnya sudah jadi incaran invesror," ucapnya.
Lokasi TerbaikSupphakit Roopsuwankun, Assitent General Manager Nippon Express mengatakan liberalisasi perdagangan global saat ini terfokus pada kawasan Asean. Kawasan ekonomi Asia Tenggara ini punya potensi pasar logistik yang cukup besar seiring dengan pertumbuhan produksi dan konsumsi.
"Indonesia adalah negara terbaik untuk investasi dalam waktu satu sampai tiga tahun ke depan dari sekarang," katanya.
Freddy Chang, Vice President Singapore Post mengatakan industri logistik Indonesia punya potensi sangat besar untuk berkembang. Hal iu tercermin dari pertumbuhan pesat perdagangan
online seiring dengan meningkatnya penggunaan internet dan penggunaan
gadget.
"Indonesia punya peluang bagus karena daya beli kelas menengahnya tumbuh terutama untuk
e-commerce," katanya.
Dukungan pemerintah dinilai penting oleh Freddy, terutama dalam mempercepat pembangunan infrastruktur logistik. Arah kebijakan pemerintahan Joko Widodo dinilai sudah mengarah pada hal itu.
"Lalu pemerintah juga punya atensi terhadap pengembangan industri kreatif dan
e-commerce, misalnya dengan mendorong pembayaran secara elektronik dan digitalisasi ekonomi," katanya.
Namun, Freddy Chang mengakui masih ada hambatan bagi investor asing untuk masuk. Selain permasalahan infrastruktur, regulasi lokal yang mengharuskan 100 persen kepemilikan nasional di industri logistik menjadi kendala utama.