HARGA BBM

BI Dorong Penerapan Subsidi Tetap

CNN Indonesia
Senin, 17 Nov 2014 17:15 WIB
Selama ini kebijakan subsidi BBM melekat pada harga jual sehingga selalu memicu lonjakan inflasi setiap pemerintah melakukan perubahan harga bahan bakar.
Gedung Bank Indonesia. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia mendorong pemerintah menerapkan kebijakan subsidi tetap terhadap bahan bakar minyak (BBM) guna menjaga stabilitas harga barang dan jasa untuk jangka menengah. Kebijakan tersebut diyakini bank sentral dapat menekan laju inflasi ke kisaran 3,5 persen dalam lima tahun mendatang.

"Kalau kita bisa menerapkan penyesuaian harga BBM dan penerapan subsidi tetap, kami meyakini pengelolaan inflasi menjadi jauh lebih baik. Harapannya tahun 2019 bisa 3,5 persen plus minus 1 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus D. W. Martowardojo di Jakarta, Senin (17/11).

Sebagai informasi, selama ini kebijakan subsidi energi melekat pada harga BBM sehingga beban fiskal yang harus ditanggung pemerintah rentan terhadap pergerakan harga minyak internasional. Volatilitas juga tercermin pada pergerakan harga barang dan jasa yang distribusinya sangat bergantung pada komponen harga-harga barang yang diatur oleh pemerintah (administered price), seperti BBM bersubsidi. Hal ini yang menyebabkan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi selalu memicu lonjakan inflasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus mencontohkan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada Juni 2013, yang kemudian memicu lonjakan inflasi ke level 8,3 persen selama tahun berjalan. Realisasi inflasi 2013 itu jauh di atas realisasi tahun-tahun sebelumnya yang hanya di kisaran 3,8 persen pada 2011 dan 4,3 persen pada 2012. 

"Namun subsidi BBM itu masalah struktural, kalau masalah struktural bisa kita benahi, perekonomian bisa lebih sehat" tambahnya.

Selaku otoritas moneter, kata Agus, prioritas utama Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas harga. Menurutnya, upaya mengendalikan inflasi di level yang rendah akan lebih efektif jika pemerintah dapat mengelola kebijakan energi dan pangan secara lebih baik. "Dalam artian supply-nya bisa memenuhi demand yang ada di masyarakat," tuturnya.

Karenanya, Agus Martowardojo mengapresiasi rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi karena diyakini punya manfaat yang besar bagi stabilitas ekonomi nasional di masa depan. Terutama dalam mengurangi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan defisit neraca transaksi berjalan.

"Secara umum ekonomi kita fundamentalnya akan lebih kuat, inflasi akan sedikit naik tapi hanya 3 bulan, setelah itu akan kembali ke jalur normal" ujarnya

Pada kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan meskipun harga minyak mentah dunia mengalami penurunan, tetapi harga keekonomian bahan bakar jenis premium masih di atas Rp 10 ribu per liter. Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga punya pengaruh kuat terhadap pembengkakan subsidi BBM.

"Jadi kita harus melihat kombinasi dampak dari harga minyak dunia dan kurs," jelasnya.

Karenanya, Bambang menilai pemerintah tetap perlu menyesuaikan harga jual BBM bersubsidi pada kisaran yang realistis. "Tinggal menunggu pengumuman. Kita akan menunggu waktu yang tepat," tuturnya.

Kebijakan tersebut, lanjut Bambang, diyakini akan berpengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan. Menurut Bambang, defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III 2014 sudah lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III 2014 sebesar US$6,83 atau 3,07 persen dari PDB, menurun jika dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang sebesar US$8,68 miliar atau 4,07 persen PDB.  "Kami berharap setahun ini bisa di bawah 3 persen PDB," ujar Bambang.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER