Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) merilis data utang luar negeri per September 2014. Tercatat ulang luar negeri sebesar US$ 292,3 miliar, naik 2,1 persen dibandingkan posisi akhir triwulan II-2014 sebesar US$ 286,2 miliar.
Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, atau era pemerintahan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, posisi utang luar negeri meningkat US$ 29,4 miliar atau 11,2 persen. Peningkatan tersebut terutama disumbang oleh kenaikan pinjaman luar negeri sektor swasta.
Posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir September 2014 terdiri dari sektor publik US$ 132,9 miliar (45,5 persen) dan swasta US$ 159,3 miliar (54,5 persen).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan jangka waktu, utang luar negeri Indonesia didominasi oleh berjangka panjang (83,3 persen). Utang luar negeri berjangka panjang pada akhir September 2014 mencapai US$ 243,4 miliar, meningkat US$ 6 miliar atau 2,5 persen dibandingkan dengan posisi akhir triwulan II-2014.
Utang luar negeri jangka panjang sektor publik tercatat US$ 128 miliar atau 96,3 persen dari total utang luar negeri sektor publik. Sementara utang luar negeri berjangka panjang sektor swasta tercatat US$ 115,5 miliar atau 72,5 persen dari total utang luar negeri swasta.
Untuk sektor swasta, utang luar negeri terpusat di sektor keuangan, industri pengolahan, dan pertambangan. Posisi utang luar negeri ketiga sektor tersebut masing-masing sebesar US$ 46,6 miliar, US$ 32,5 miliar, dan dan US$ 25,8 miliar.
Dalam siaran persnya, BI menghimbau perlu terus diwaspadai risiko utang luar negeri terhadap perekonomian. Sehingga utang luar negeri diharapkan dapat lebih berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko stabilitas.