DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM

Kenaikan BBM Hambat Pertumbuhan Ekonomi

CNN Indonesia
Selasa, 18 Nov 2014 17:16 WIB
Ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 5,1 persen, meleset dari target APBNP 2014 sebesar 5,5 persen.
Petugas memegang uang pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di Pom Bensin Jakarta, Senin, 17 November 2014. Pemerintah akhirnya menaikan harga jual eceran BBM Bersubsidi dari Rp 6500 menjadi Rp 8500 per liter untuk premium dan untuk solar sebelumnya Rp 5500 menjadi Rp 7500 per liter mulai 18 November 2014. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah memperkirakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini, tetapi tidak pada tahun depan.

"Efeknya, growth tahun ini diperkirakan 5,1 persen, turun dari (perkiraan sebelumnya) 5,2 persen hingga akhir tahun," ujar Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro di kantornya, Selasa (17/11).

Namun, lanjut Menkeu, realokasi anggaran hasil penghematan subsidi BBM diyakini akan membantu pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan 5,8 persen pada 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disinggung mengenai dampaknya terhadap daya beli masyarakat, Bambang meyakini tidak akan lerlalu menggerus konsumsi. Sekalipun sumbangan konsumsi rumah tangga susut, Menkeu melihat peningkatan investasi langsung terhadap perekonomian akan mengompensasi.

"Kalau konsumsi drop, investasi FDI (foreign direct investment) semoga naik. Pertumbuhan investasi harus di atas 5 persen biar bisa menopang ekonomi," jelasnya.

Bambang Brodjonegoro menambahkan pengurangan subsidi BBM juga akan mengurangi tekanan terhadap defisit neraca transaksi berjalan. Menurut hitungan Bambang, defisit neraca transaksi berjalan akan mengecil ke kisaran 3 persen pada akhir tahun ini. "Tahun depan antara 2,5 persen hingga 3 persen," tuturnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III 2014 sebesar US$6,83 atau 3,07 persen dari PDB, menurun jika dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang sebesar US$8,68 miliar atau 4,07 persen PDB.  "Kami berharap setahun ini bisa di bawah 3 persen PDB," ujar Bambang.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER