Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah memperkirakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini, tetapi tidak pada tahun depan.
"Efeknya,
growth tahun ini diperkirakan 5,1 persen, turun dari (perkiraan sebelumnya) 5,2 persen hingga akhir tahun," ujar Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro di kantornya, Selasa (17/11).
Namun, lanjut Menkeu, realokasi anggaran hasil penghematan subsidi BBM diyakini akan membantu pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan 5,8 persen pada 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disinggung mengenai dampaknya terhadap daya beli masyarakat, Bambang meyakini tidak akan lerlalu menggerus konsumsi. Sekalipun sumbangan konsumsi rumah tangga susut, Menkeu melihat peningkatan investasi langsung terhadap perekonomian akan mengompensasi.
"Kalau konsumsi drop, investasi FDI (foreign direct investment) semoga naik. Pertumbuhan investasi harus di atas 5 persen biar bisa menopang ekonomi," jelasnya.
Bambang Brodjonegoro menambahkan pengurangan subsidi BBM juga akan mengurangi tekanan terhadap defisit neraca transaksi berjalan. Menurut hitungan Bambang, defisit neraca transaksi berjalan akan mengecil ke kisaran 3 persen pada akhir tahun ini. "Tahun depan antara 2,5 persen hingga 3 persen," tuturnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III 2014 sebesar US$6,83 atau 3,07 persen dari PDB, menurun jika dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang sebesar US$8,68 miliar atau 4,07 persen PDB. "Kami berharap setahun ini bisa di bawah 3 persen PDB," ujar Bambang.