Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menegaskan kebijakan kenaikan harga premium dan solar sebesar Rp 2.000 per liter bukan untuk mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM), melainkan hanya mengurangi. Menurutnya, pemerintah masih tetap menyubsidi kedua jenis BBM tersebut masing-masing sebesar Rp 1.300 untuk premium dan Rp 2.500 untuk solar.
"Rata-rata subsidi BBM untuk jenis premium sebelumnya Rp 3.300 per liter. Kalau dikurangi subsidinya Rp 2.000, maka subsidinya masih ada Rp 1.300," jelas Bambang di kantor pusat Kementerian Keuangan, Selasa (18/11).
"Begitu juga dengan solar, subsidi per liternya tanpa ada kebijakan kenaikan harga Rp 4.500 per liter, kalau dikurangi Rp 2.000 masih ada subsidi Rp 2.500," ujar Menkeu menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bambang, belanja subsidi BBM dalam lima tahun terakhir kalau diakumulasi sekitar Rp 800 triliun. Jumlah tersebut hanya kalah dari dana pendidikan, tapi jauh di atas alokasi belanja infrastruktur dan kesehatan. "Ada yang salah nih dengan ini," katanya.
Meskipun harga minyak mentah dunia cenderung turun, Bambang Brodjonegoro menilai pemangkasan subsidi BBM tetap perlu dilakukan karena belum mencerminkan implikasi nyatanya terhadap fiskal selama setahun. Selain itu, ada faktor pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang juga membebani anggaran pemerintah.
"Kalau harga minyak rendah, ingat kurs-nya masih lemah. Intinya jangan gegabah," tuturnya.
Merujuk pada statistik, Menkeu menjelaskan harga minyak dunia mulai terlihat turun pada Juni 2014 ketikan menyentuh level US$ 104 per barel. Trennya berlanjut secara berturut-turut ke level US$ 99,5 per barel pada Agustus, US$ 95 per September, dan US$ 83 per barel pada Oktober.
"Perkiraan kami pada November-Desember di bawah US$ 83 per barel. Tapi yang penting, rerata setahunnya itu masih US$ 99 per barel, di bawah asumsi ICP (harga minyak mentah Indonesia) sebesar US$ 105 per barel di APBNP 2014," ujar Bambang.
Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal itu menambahkan harga BBM di Indonesia selama ini mengacu pada harga minyak mentah di Singapura (MoPS), yang pengaruhnya tidak langsung. "Efeknya baru terasa baru pada Desember nanti," tuturnya.