INDUSTRI PROPERTI

Kenaikan Harga Properti Tahun Depan Bisa 20 Persen

CNN Indonesia
Kamis, 20 Nov 2014 13:49 WIB
REI meyakini lonjakan harga properti di sejumlah lokasi pada tahun depan belum mengindikasikan terjadinya bubble property di Indonesia.
Jajaran gedung bertingkat di kawasan Jakarta Pusat, Rabu 19 November 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rata-rata kenaikan harga properti di Indonesia sekitar 10 persen sampai 15 persen per tahun. Namun, dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan upah pekerja, maka harga hunian pada tahun depan bisa naik hingga 20 persen.

"Rata-rata kenaikan harga properti per tahun itu 10-15 persen. Mungkin bisa lebih tinggi sedikit dengan naiknya BBM dan UMK (upah minimum kabupaten/kota), tidak lewat dari 5 persen," ujar Eddy Hussy, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestate Indonesia (REI), di sela Rakernas REI, Kamis (20/11).

Kendati demikian, Eddy menilai belum mengindikasikan terjadinya penggelembungan aset (bubble) properti seperti yang dikhawatirkan banyak pihak. Sebab, harga properti di Tanah Air relatif masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentu kenaikan itu akan terjadi. Mungkin pada lokasi-lokasi tertentu yang naiknya tinggi dan itu terbatas. Tapi tidak di seluruh Indonesia," katanya.

Hambatan Suku Bunga

Eddy Hussy mengatakan pelaku industri properti saat ini tengah mencermati pergerakan suku bunga kredit. Dengan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate), Eddy khawatir akan diikuti dengan melonjaknya suku bunga KPR yang otomatis akan menurunkan permintaan hunian.

"Kami khawatir kalau bunga naik terus akan menghambat industri properti karena masyarakat akan semakin berat membeli properti," jelasnya.

Seperti diketahui, tak selang berapa lama setelah harga BBM bersubsidi naik Rp 2.000 per liter, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa sore (18/11) memutuskan menaikkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,75 persen.

"Sekarang bunga KPR itu sudah di atas 10 persen, sekitar 12-14 persen. Saya tidak tahu akan naik jadi berapa dengan naiknya BI rate," katanya.

Menurut Eddy, kendati ada risiko perlambatan, REI belum akan merevisi turun target 10 persen pertumbuhan industri properti tahun depan. Sebab, dia masih menaruh harap pemerintah dan otoritas perbankan akan membuat kebijakan kredit dan iklim ekonomi yang lebih bersahabat bagi pelaku properti.

"Kalau mau atasibacklog, mau tidak mau  harus ada suatu keleluasaan bagi masyarakat untuk menggunakan uang perbankan. Kami harap BI atau OJK bisa melunak soal kredit rumah," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER