KEBIJAKAN MONETER

Gubernur BI Laporkan Situasi Moneter kepada Presiden

CNN Indonesia
Kamis, 20 Nov 2014 21:15 WIB
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan ekspor menurun, tapi pemerintah berhasil mempertahankan tren penurunan inflasi.
Gubernur BI Agus Martowardojo (CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di hadapan Presiden Joko Widodo, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjelaskan mengenai keadaan moneter Indonesia terkini. Seperti keadaan ekspor-impor, neraca pembayaran, dan inflasi.

"Ekspor kita tahun ini menurun tajam akibat melemahnya permintaan dari negara-negara mitra dagang utama dan merosotnya harga komoditas ekspor berbasis sumber daya alam (SDA)," ujar Agus Marto dalam acara Bankers Dinner di Jakarta, Kamis (20/11) malam.

Acara Bankers Dinner itu dihadiri pula oleh ratusan bankir perbankan nasional di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus juga menjelaskan hingga triwulan III 2014 tingkat inflasi menunjukan tren penurunan mencapai 4,53 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2013 yang mencapai 8,4 persen.

"Hal ini berarti kebijakan moneter ketat yang diperkuat dengan jalinan koordinasi kebijakan dengan pemerintah berhasil meredam dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada Juni 2013 lalu," kata Agus.

Dalam kesempatan itu, mantan Menteri Keuangan itu juga menjelaskan alasan pihaknya menaikkan BI rate yang ke 7,75 persen setelah pemerintah mengambil kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Kami ingin memastikan bahwa tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM hanya bersifat sementara dan menjaga laju inflasi pada kisaran 4 plus minus satu persen, " ujar Agus.

Agus pun memaparkan tantangan moneter yang dihadapi Indonesia di tahun 2015, seperti dampak normalisasi kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) dan defisit neraca pembayaran akibat impor migas yang masih tinggi.

"Selain dari itu kami pun melihat masih tingginya utang luar negeri korporasi yang semakin membesar namun sebagian besarnya belum terlindung dari risiko gejolak kurs," kata Agus.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER