PERTUMBUHAN EKONOMI

Menkeu Minta Waspadai Kuartal II 2015, Ekonomi Bisa memburuk

CNN Indonesia
Jumat, 21 Nov 2014 12:57 WIB
Pemerintah mewaspadai risiko pembalikan arus modal ke luar negeri yang bisa memperburuk ekonomi Indonesia pada kuartal II 2015.
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menkeu Bambang Brodjonegoro (kanan) sebelum memberikan pengarahan kepada pejabat eselon I dan II di lingkungan Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai di Istana Negara, Jakarta, Kamis (20/11). (CNN Indonesia/Antara Photo/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mewaspadai risiko pembalikan arus modal ke luar negeri yang bisa memperburuk ekonomi Indonesia pada kuartal II 2015. Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menyebut faktor normalisasi kebijakan suku bunga bank sentral AS dan repatriasi keuntungan pemodal bisa jadi penyebabnya.

"Tantangan terbesar salah satunya dari ketidakpastian global yang justru lebih berisiko. Salah satunya karena kebijakan moneter AS yang stimulusnya berakhir pada tahun ini dan kemungkinan bank sentralnya harus menaikkan suku bunga," katanya dalam Rakernas Kadin, di Jakarta, Jumat (21/11).

Bambang menjelaskan kenaikan tingkat suku bunga suatu negara, yang mata uangnya digunakan oleh sebagian besar masyarakat dunia, akan memicu pembalikan arus modal asing (reversal) dari negara-negara berkembang seperti Indonesia. "Ini menjadi tantangan terbesar dari sisi eksternal," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak ketidakpastian global, lanjut Bambang, juga tercermin dari defisit neraca transaksi berjalan Indonesia yang masih cukup besar. Meskipun pada kuartal III 2014 defisitnya mengecil ke kisaran tiga persen, tetapi masih berisiko membengkak kembali ketika terjadi anomali.

"Waspada karena kadang-kadang ada siklus yang bisa membuat defisit transaksi berjalan membesar, biasanya kuartal II, ketika pemilik modal melakukan reptariasi keuntungannya," ucapnya menegaskan.

Untuk itu, Bambang menekankan pentingnya memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia dari tekanan eksternal. Caranya, mengkombinasikan antara kebijakan moneter dan fiskal, serta perbaikan struktur sektor riil.

"Untuk sektor riil, kurangi ekspor komoditas yang selama ini mendominasi 65 persen ekspor, terutama konoditas pertambangan dan perkebunan. Karena itu sangat rentan terhadap gejolak ekonomi dunia," katanya.

Tumbuh 5 Persen

Target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 5,4 persen di APBNP 2014. Menkeu memperkirakan realisasinya hanya di kisaran 5 persen hingga 5,1 persen.

"Pertumbuhan ekonomi (2014) tidak bisa lebih dari 5,0-5,1 persen," kata Bambang menegaskan.

Menurutnya, perlambatan ekonomi terjadi hampir di seluruh negara, kecuali Amerika Serikat (AS). Bahkan Jepang telah mengumumkan terjadinya resesi, sedangkan China pertumbuhan ekonominya turun ke kisaran 7 persen.

"Padahal keduanya rekanan dagang terbesar kita. Ketika yang minta komoditas ekspor kita lagi slow down, otomatis tidak hanya volumenya yang terganggu, tetapi harganya juga menjadi sangat rendah," ujarnya.

Dengan kondisi perekonomian Eropa yang masih belum pulih, lanjut Bambang, sulit bagi Indonesia untuk menjadikan Benua Biru sebagai destinasi ekspor komoditas alternatif. Kecuali, yang diekspor barang olahan atau produk manufaktur, yang justru belakangan ini membaik karena terbantu pelemahan rupiah.

"Perbaikan ekspor manufaktur itu mungkin gejala sesaat. Kuncinya adalah mendorong kontribusi manufaktur terhadap PDB kembali seperti sebelum 1998 hampir 30 persen, sedangkan hari ini sekitar 22-23 persen," katanya.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER