Jakarta, CNN Indonesia -- Laba bersih kuartal III 2014 PT Indonesia AirAsia sebesar Rp 1,67 miliar tidak cukup untuk menutupi kerugian lebih besar yang dialami perseroan pada kuartal I dan kuartal II 2014.
Laporan keuangan AirAsia menyebutkan sepanjang Januari-September 2014, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 792,91 miliar dibandingkan perolehan laba bersih Januari-September 2013 sebesar Rp 55,39 miliar.
“Kuartal I sampai kuartal III kami masih rugi,” ujar CEO Indonesia AirAsia Sunu Widyatmoko kepada CNN Indonesia, Kamis (20/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sunu, upaya mengurangi kerugian tersebut sudah dilakukan perseroan sejak Juli 2014 dan akan diteruskan sampai akhir tahun. Beberapa langkah yang sudah dilakukan adalah menutup rute yang sepi penumpang dan menyebabkan kerugian serta menambah frekuensi penerbangan di rute yang menguntungkan.
“Kami sudah tutup penerbangan dari Ujung Pandang (Makassar), yaitu Ujung Pandang-Jakarta, Ujung Pandang-Surabaya, dan Ujung Pandang-Denpasar sehingga jumlah penerbangan yang kami layani berkurang dan kami bisa hemat avtur,” ujar Sunu.
Pada kuartal III 2014 jumlah penerbangan yang dilayani Indonesia AirAsia turun menjadi 12.921 penerbangan, lebih rendah 15,14 persen dibandingkan penerbangan kuartal III 2013 sebanyak 15.228 penerbangan. Sementara konsumsi avtur tercatat turun 7 persen menjadi 462.875 barel dari sebelumnya 500.024 barel. Turunnya konsumsi avtur berhasil menekan 9,85 persen biaya pembelian avtur 30 pesawat yang dioperasikannya menjadi Rp 684,05 miliar dari sebelumnya Rp 758,86 miliar.
“Sementara untuk rute yang kami tambah frekuensinya adalah Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Kualanamu Medan,” kata Sunu. Sayangnya, dia enggan menjelaskan secara detil strategi yang akan dilakukan perseroan untuk bisa mengurangi kerugian sampai akhir tahun.
“Nanti saja kalau sudah di akhir tahun,” kata Sunu.
Sementara CEO AirAsia Group Tony Fernandes memberikan apresiasi atas upaya perbaikan yang dilakukan manajemen Indonesia AirAsia terhadap kinerja keuangan perseroan yang mengalami kerugian selama semester I 2014.
“Meskipun Indonesia terhantam oleh pelemahan nilai tukar rupiah, saya melihat Indonesia AirAsia sangat disiplin menjalankan strategi perbaikan yang sudah dibuat. Hasilnya, mereka bisa membukukan laba bersih dibandingkan kompetitor lain di Indonesia,” kata Tony dalam siaran pers yang diterima CNN Indonesia.
Tony menilai upaya menutup rute yang tidak produktif terbukti mampu memperbaiki kinerja Indonesia AirAsia. “Jumlah penumpang mereka memang berkurang 10 persen menjadi 1,85 juta akibat kebijakan itu, tapi masih tertolong oleh naiknya harga tiket rata-rata sebesar 18 persen,” ujarnya.
Tony mengingatkan, sejumlah faktor eksternal diperkirakan masih akan memberi pengaruh negatif bagi kinerja beberapa anak usaha AirAsia Group sampai akhir 2014. Dia mencontohkan situasi politik di Thailand dan pelemahan rupiah yang berkelanjutan di Indonesia akan berdampak pada kinerja keuangan AirAsia di kedua negara tersebut.