Jakarta, CNN Indonesia -- Produsen otomotif Honda ternyata tak melaporkan sebanyak 1.729 kecelakaan serius yang menyebabkan cedera atau kematian di Amerika Serikat ke regulator National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA). Insiden-insiden itu terjadi antara 2003 sampai 2014.
Hal itu terungkap setelah NHTSA meminta penjelasan dari produsen otomotif asal Jepang itu. Seperti dilansir CNN Money, Honda diminta menjelaskan mengapa tak melaporkan sejumlah insiden yang menyebabkan cedera atau kematian, termasuk kasus kantung udara alias
airbag baru-baru ini. (Baca:
Gara-Gara Airbag, Honda Tarik 170 Ribu Mobil)
Dari pemeriksaan regulator itu ketahuan bahwa sejak 2003 ada ribuan insiden yang tak dilaporkan. Honda berdalih kekeliruan itu terjadi akibat kesalahan
entry data ketika dilakukan audit oleh pihak ketiga serta kesalahan program komputer.
Sejak 2008 Honda sudah menarik 7,5 juta unit mobil terkait insiden
airbag, yang diproduksi sebuah perusahaan asal Jepang, Takata Corp. Dalam beberapa insiden terakhir,
airbag itu malah melontarkan logam yang menewaskan penumpang atau pengemudi. NHTSA kemudian meminta Honda memberikan penjelasan lebih mendetail soal
airbag dan
inflator.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu pada Senin (24/11) kemarin, Honda memberikan jawaban, yang dibacakan oleh Rick Schostek, Executive Vice President Honda Amerika Utara. Schostek juga sudah bersaksi di hadapan Komite Perdagangan Senat AS terkait kasus airbag Takata.
Secara terpisah pada Senin kemarin, sebuah gugatan dilayangkan di pengadilan federal South Carolina dalam kasus kecelakaan
airbag yang menewaskan Mary Lyon Wolfe pada 2008.
Rupanya
airbag di mobil Honda Accord lansiran 2002 milik Wolfe mengembang dengan tenaga terlalu besar. Akibatnya Wolfe cedera serius dan meninggal dunia 18 hari setelah dirawat di rumah sakit.
Pada Senin kemarin juga, Senat meminta dokumen tambahan dari Honda, terkait dengan
airbag buatan Takata. "Untuk mengumpulkan informasi yang mungkin dapat menjawab pertanyaan yang belum terjawab," demikian alasan Senat, seperti dikutip kantor berita Reuters.