Jakarta, CNN Indonesia -- Selisih harga jual premium dan solar terhadap harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) sudah semakin menipis menyusul pergerakan turun harga minyak mentah dunia. Bank Pembangunan Asia (ADB) menilai saat ini waktu yang tepat bagi pemerintahan Joko Widodo untuk menerapkan subsidi BBM yang bersifat tetap guna menjaga stabilitas keuangan negara di kemudian hari.
"Harga BBM kan sudah naik mendekati harga pasar, subsidinya tinggal Rp 1.000. Ditetapkan saja subsidi
fix paling banyak Rp 500 atau Rp 1.000," jelas Deputi Direktur ADB Edimon Ginting usai acara Euromoney Conference di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (26/11).
Dengan kebijakan itu, kata Edimon, pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan kebijakan kenaikan harga BBM di kemudian hari karena risiko fiskalnya akan semakin berkurang, terutama yang terkait sentimen harga minyak global. Menurutnya, selama ini realisasi anggaran di akhir tahun sering meleset dari yang dialokasikan dalam APBN akibat belanja subsidi yang selalu membengkak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dengan
fixed subsidy itu artinya di awal tahun kita sudah tahu berapa subsidi BBM ke depan. Jadi tidak akan membut anggaran itu berubah-ubah sampai akhir tahun. Itu yang paling penting," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan kebijakan subsidi tetap rencananya akan diterapkan pad atahun depan.
Artinya, nilai subsidi akan dipatok pada besaran tertentu untuk setiap liter BBM, sedangkan harga jualnya dilepas mengikuti pergerakan harga minyak.