Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang pengumuman data ekonomi Indonesia,
outlook rupiah dinilai cukup netral, dan rupiah diprediksi akan diperdagangkan di kisaran Rp 12.200 hingga Rp 12.280 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir mengatakan dari sisi fundamental, kuatnya dolar AS cukup membebani rupiah di awal sesi Asia. Dolar AS menguat, terbantu oleh pelemahan mata uang berbasis komoditas.
“Mata uang berbasis komoditas seperti dolar Kanada, dan dolar New Zealand tertekan mengikuti keberlanjutan kejatuhan harga minyak dunia setelah OPEC memutuskan untuk mempertahankan kuota produksi 30 juta barel per hari,” kata Zulfirman, Senin (1/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai, investor juga terlihat waspada menanti serangkaian data ekonomi Indonesia yang akan dirilis hari ini, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut atas kondisi perekonomian Indonesia.
“Investor akan disuguhkan data manufaktur, inflasi, dan neraca perdagangan Indonesia yang dijadwalkan dirilis hari ini. Inflasi diprediksi meningkat dari 4,83 persen menjadi 6,06 persen, sedangkan neraca perdagangan diprediksi membaik. Namun kinerja ekspor diperkirakan memburuk,” tuturnya.
Di lain pihak, Zulfirman menilai keputusan Jokowi untuk menaikan harga BBM bersubsidi dan kebijakan BI menaikan BI rate telah meningkatkan harapan akan lebih cepatnya perbaikan defisit current account Indonesia.
“Ini mungkin dapat meredam potensi pelemahan rupiah yang berlebihan,” ujarnya.