PROYEK MIGAS

Tim Antimafia Sebut Petral di Balik Lambannya Proyek Kilang

CNN Indonesia
Rabu, 03 Des 2014 18:28 WIB
Tim antimafia migas menduga molornya proyek kilang pengolahan minyak di Indonesia lantaran adanya permainan di jajaran Petral.
Ilustrasi Kilang Minyak (CNN Indonesia/REUTERS/Jo Yong-Hak)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tim antimafia migas atau yang lebih dikenal dengan nama Tim Reformasi Tata Kelola Migas menduga molornya proyek kilang pengolahan minyak di Indonesia lantaran adanya permainan di jajaran Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

Molornya pembangunan kilang akan berdampak langsung pada meningkatnya angka impor minyak yang dilakukan anak usaha PT Pertamina (Persero) itu selama ini.

"Kalau tidak ada pembangunan kilang baru, kapasitas produksi kilang Pertamina akan terus turun karena semakin tua. Akibatnya pemerintah akan meningkatkan impor minyak. Lalu siapa yang mengimpor dan diuntungkan? Ya Petral," ujar Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Fahmy Radhi di Jakarta, Rabu (3/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari keterangan Pertamina, Fahmy bilang, kondisi kilang Indonesia saat ini telah memasuki periode senja alias uzur. Dengan tidak adanya perbaikan, tentu saja kapasitas kilang akan terus menurun dan mengakibatkan angka impor minyak terus meningkat.

Fahmy pun mengindikasikan adanya kesengajaan dari sejumlah pihak dan jajaran Petral dalam rangka menghambat proyek kilang. "Nah siapa yang bermain di Petral? Ini bukan domain kami," katanya.

Faktanya sudah 20 tahun terakhir Indonesia tak memiliki kilang pengolahan baru yang berfungsi sebagai fasilitas produksi minyak jadi. Dengan hanya memiliki kapasitas produksi sekitar 600 ribu BPH sampai 800 ribu BPH, Indonesia sangat membutuhkan pembangunan kilang. (Baca: Mimpi Indonesia Miliki Kilang Baru)
 
Bersamaan dengan bergulirnya proyek kilang dengan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Pertamina sudah mewacanakan untuk menambah kapasitas kilangnya mencapai 800 ribu BPH menjadi 1,6 juta BPH.

Untuk merealisasikan rencana tersebut dibutuhkan dana mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 240 triliun yang lebih mahal dari proyek kilang KPS yang diprediksi menelan dana Rp 90 triliun. Program perusahaan yang dikenal dengan Refinery Development Master Plan (RDMP) itu akan diawali dengan tender Engineering Procurement Construction (EPC) mulai tahun depan.

Meski Pemerintah tengah menggodok besaran tax holiday dan tax allowance yang diminta calon investor kilang KPS, Pertamina tetap bersikeras melakukan upgrading terhadap kilangnya. Perbaikan itu akan dialih dayakan ke pihak asing. (Baca: Pertamina Alih Dayakan Perbaikan Kilang ke Asing)

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER