Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) telah memastikan Sonangol EP, BUMN minyak asal Angola yang dijodohkan pemerintah untuk bekerjasama membangun kilang dan memasok minyak mentah tidak menjadikan prioritas pembangunan kilang dalam kerjasama tahap awal dengan perseroan. Hal tersebut diungkapkan Direktur Pengolahan, Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang dalam sebuah acara seminar di Jakarta, kemarin.
Seperti diberitakan CNN Indonesia, Ahmad mengatakan manajemen Sonangol belum bersedia membangun kilang minyak baru seperti yang diharapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya Sonangol hanya bersedia membantu investasi peningkatan kapasitas produksi kilang lama, membantu kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) Pertamina, serta memasok minyak mentah dan memasarkan produk Pertamina.
Bahkan bisa dikatakan prioritas utama Sonangol dalam jangka pendek hanyalah menjual minyak mentah kepada perusahaan yang dipimpin Dwi Soetjipto tersebut. Pertamina bahkan sudah mempersiapkan kontrak pembelian minyak mentah sebanyak 100 ribu barel per hari (BPH) mulai Februari 2015 dengan jangka waktu 20 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika dikonfirmasi mengenai ketidakseriusan Sonangol dalam membangun kilang seperti harapan pemerintah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said sempat tertawa sinis sebelum akhirnya menjawab dengan cara diplomatis.
“Apakah perusahaan Angola menawarkan pembangunan kilang, itu akan dilihat lagi. Sampai saat ini Angola menawarkan semuanya dan itu masih valid dan Pertamina sedang mendetilkan rencana kerjasama itu,” kata Sudirman di kantor Kementerian Keuangan, Kamis (4/12) tadi malam.
Meskipun mengaku belum mendapat laporan terakhir dari direksi Pertamina mengenai perkembangan kerjasama tersebut, pemerintah menurut Sudirman sudah menetapkan empat kriteria bagi calon investor kilang yang berhak mendapatkan fasilitas pembebasan pajak penghasilan (
tax holiday) dari pemerintah.
Syarat pertama, calon mitra Pertamina itu harus bisa membawa minyak mentah sebagai bahan baku kilang. Sekaligus mampu memasok minyak dari berbagai sumber minyak.
Syarat kedua, calon mitra harus memiliki teknologi yang mampu mengolah minyak mentah menjadi produk yang bernilai tambah. Ketiga, calon investor tentunya harus memiliki uang yang cukup untuk membangun kilang.
“Keempat bisa bekerjasama dengan industri Indonesia untuk membangun sektor hilir seperti petrokimia. Tidak cukup hanya sampai produksi BBM tapi juga harus pikirkan
downstream-nya,” ujar Sudirman.
Terlalu BerharapKetika mengumumkan rencana kerjasama antara Pertamina dengan Sonangol pada 31 Oktober 2014, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap BUMN migas asal Angola tersebut mampu membantu Pertamina menjaga ketahanan energi nasional.
Jokowi menginstruksikan selama tujuh hari setelah
framework agreement ditandatangani, Pertamina dan Sonangol bisa membentuk tim yang merumuskan pembentukan perusahaan patungan guna membangun kilang dan membahas teknis pembelian minyak mentah.
Dengan kapasitas produksi kilang dalam negeri yang hanya mampu menghasilkan 800 ribu barel per hari (BPH) tentu tak mampu memenuhi kebutuhan BBM yang kini telah mencapai 1,6 juta BPH. Melalui kerjasama tersebut, Sonangol rencananya akan memasok minyak 100 ribu BPH dan 338 ribu-400 ribu mmbtu gas per bulan untuk Pertamina. Pembelian minyak mentah ke Angola tersebut menurut Sudirman bisa menghemat hingga US$ 2,5 juta per hari.
Angola merupakan Negara anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) yang pada tahun 2013 lalu memproduksi minyak dan kondensat sejumlah 1,8 juta barel per hari. Sejak tahun 2002, pertumbuhan produksi minyak Angola mencapai rata-rata 15 persen per tahun yang disokong oleh lapangan-lapangan
deepwater.