Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) memastikan distribusi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tetap berlangsung hingga akhir tahun 2014 meski harus melampaui kuota yang ditetapkan pemerintah 46 juta kilo liter.
"Yang penting itu kepentingan masyarakat. Penugasan ini (penyaluran BBM bersubsidi) akan kami laksanakan," ujar Direktur Utama PT Pertemina (Persero) Dwi Soetjipto di Jakarta, Kamis (4/12).
Semalam, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said meminta Pertamina untuk tetap menyalurkan meski pagu subsidi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) bakal habis pada 24 Desember 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menyiasatinya, Dwi Soetjipto mengatakan perseroan akan melakukan efisiensi untuk mengantisipasi biaya penalangan atas penyaluran BBM bersubsidi. "Kami atasi dengan efisiensi dan upaya-upaya yang baik. Kami tidak akan rugi toh (biaya penalangan ini) tidak signifikan," tuturnya.
Minta Jaminan
Pada kesempatan berbeda, Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir meminta Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) segera menerbitkan landasan hukum terkait penyaluran BBM bersubsidi pasca-habisnya kuota. Ini dilakukan agar Pertamina memperoleh jaminan pembayaran atas penyaluran BBM bersubsidi yang bakal melampaui kuota.
"Kami akan lebih siap kalau di-backing legal formal. Pemerintah pasti membayar cuma selama ini kan pembayaran BBM bersubsidi harus melalui mekanisme APBN yang dibahas bersama DPR," ujarnya.
Sebelumnya, Pertamina mengklaim mengalami kerugian sebesar Rp 350 miliar dari penjualan BBM bersubsidi. Perusahaan migas pelat merah itu memprediksi kerugian dari kegiatan distribusi BBM tahun ini meningkat ketimbang tahun lalu.
Namun, pihak Pertamina enggan menyebut angka kerugian yang akan dirasakan tahun ini. "Pada 2011 Pertamina sudah merugi Rp 900-an miliar. Sedangkan pada 2012 menurun menjadi Rp 800-an miliar dan di 2013 Rp 350 miliar," jelas Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina Suhartoko.