Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesian Petroleum Association (IPA) memprediksi selisih angka produksi dan konsumsi minyak Indonesia pada 2025 masih mencapai 2,5 juta barel per hari (BPH). Angka ini disebabkan oleh peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) ditengah turunnya jumlah produksi minyak Indonesia.
"Indonesia itu sudah krisis energi. Kalau mau mengurangi selisih minyak di 2025 ya harus dibutuhkan tiga kali kerja lebih keras dari saat ini," ujar Board of Director IPA Lukman Mahfoedz di Hotel Four Season Jakarta, Kamis (11/12).
Saat ini, angka konsumsi BBM Nasional diketahui mencapai 1,5 juta BPH dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 5 persen sampai 8 persen. Sementara jumlah produksi minyak yang dihasilkan kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) di Indonesia baru mencapai 800 ribu BPH atau terdapat defisit 50 persen yang selama ini dipenuhi dari impor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, Lukman bilang
pemerintah harus mengambil sejumlah langkah strategis demi menyiasati krisis energi yang terjadi. "Kami mengusulkan agar pemerintah fokus pada peningkatan produksi, penemuan cadangan migas baru, penyederhanaan birokrasi dan perizinan serta pembenahan regulasi," tuturnya.
Sementara itu Deputi Perencanaan dan Investasi Infrastruktur Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rudy Salahuddin mengatakan tahun depan Pemerintah akan melakukan koordinasi antar Kementerian terkait implementasi program
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
"Tahun depan ada BKO (Bawah Kendali Operasi) di BKPM untuk melayani perizinan. Nantinya setiap Kementerian akan menaruh jajarannya di BKPM. Salah satu sektor yang menjadi prioritas memang industri migas. Selain tentunya industri maritim, minerba dan lain-lain," ungkap Rudy.