Karawang, CNN Indonesia -- Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) meminta insentif keringanan pajak ekspor dari pemerintah guna mendongkrak kinerja ekspor produk yang dihasilkannya. Tanpa dukungan fiskal tersebut, AISI pesimistis ekspor motor bisa meningkat 50 persen pada 2015 seperti yang diharapkan pemerintah.
“Insentif contohnya menelaah pajak ekspor. Harus ditelaah satu persatu untuk tipe apa. Itu saja cukup kok. Kalau tidak, terkait komponen dan bahan baku yang masih impor. Banyak yang dari luar negeri dan dirakit di dalam negeri,” ujar Ketua Bidang Komersil AISI Sigit Kumala di Karawang, ungkapnya.
Menurutnya, tidak mudah untuk merealisasikan permintaan pemerintah agar ekspor sepeda motor ditingkatkan sebesar 40 hingga 50 persen pada 2015. Paling tidak, katanya, membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun lagi untuk bisa mewujudkan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Terutama adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015, harus kita lihat lagi dong, disiapkan dengan matang,” ujarnya.
Sigit menilai harus ada skala produksi yang besar untuk mendapatkan harga jual motor yang kompetitif di luar negeri. Dia berharap dengan konsumsi domestik yang tinggi bisa membuat harga komponen lokal lebih murah sehingga tercapai angka produksi yang layak untuk ekspor.
“Yang penting pemerintah harus mendorong para
Agen Pemegang Merek (APM) agar mau ekspor. Kalau enggak ada trigger ya masih seperti ini saja,” katanya.
Karenanya, dia meminta pemerintah mengkaji ulang kebijakan insentif fiskal yang terkait kegiatan ekspor. "Apalagi dengan adanya MEA 2015, Indonesia jangan sampai hanya jadi produsen terbesar, tapi juga harus jadi eksportir terbesar," tuturnya.
Setelah Indonesia, lanjut Sigit,
pasar motor yang cukup besar di kawasan Asean saat ini adalah Vietnam, Myanmar, dan Thailand. "Thailand meskipun pasarnya sedang turun tapi dia bisa ekspor ke Amerika dan Eropa. Seharusnya Indonesia bisa juga merangsek ke pasar-pasar itu," katanya.