Jakarta, CNN Indonesia -- Arif Wibowo, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengkhawatirkan persaingan bisnis penerbangan berbiaya murah atau
Low Cost Carrier (LCC) di pasar domestik yang semakin ketat karena bisa mengancam kelangsungan bisnis perseroan. Untuk bisa bertahan, mskapai pelat merah itu akan menambah kelas ekonomi menjadi 60 persen pada setiap penerbangan agar bisa bersaing dengan maskapai lain yang banyak bermain di bisnis LCC.
"Rekonfigurasi di
business class dan
economy class. Kita coba
expanding di
economy class karena ini mampu memberikan peluang bertahan dari gempuran pesaing," kata Arif saat ditemui di Kementerian BUMN, Jumat (12/12).
Arif menilai selama ini tingkat keterisian kursi (
seat load factor) di kelas bisnis Garuda rata-rata hanya 40 persen, jauh di bawah permintaan kelas ekonomi yang selalu tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan mengurangi kelas bisnis dan menambah kelas ekonomi menjadi 60 persen di setiap pesawat sehingga bisa menambah
seat sampai 50 kapasitas ke belakang, dan bisa menurunkan
unit cost," jelasnya.
Menurutnya, kebijakan ini tidak ada hubungannya dengan kebijakan larangan penggunaan kelas bisnis bagi pejabat BUMN yang melakukan perjalanan dinas. Arif mengaku sudah memikirkan strategi ini jauh sebelum dirinya ditunjuk sebagai Dirut Garuda.
"Saya melihat sebelum ada peraturan Ibu Menteri BUMN itu. Itu data yang saya lihat selama dua-tiga tahun ini. Dari pada selama ini
business class-nya kosong, lebih baik saya potong saja," kata Arif.
Arif merupakan pegawai karir di Garuda Indonesia, yang sejak 2012 menempati posisi sebagai Direktur Utama PT Citilink Indonesia. Arif tergolong sukses mengembangkan model bisnis penerbangan berbiaya murah dan berhasil membesarkan anak usaha Garuda itu menjadi perusahaan yang menguntungkan. Konsep ini akan langsung diterapkan di induk perusahaan Citilink begitu dia naik jabatan menggantikan Emirsyah Satar.