Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan sekuritas pelat merah, PT Mandiri Sekuritas memprediksi inflasi akan mencapai 7,5-7,7 persen pada akhir 2014. Adapun sepanjang Januari-November 2014 inflasi tercatat sebesar 5,75 persen dan secara
year on year tercatat 6,23 persen.
Seperti diketahui, meningkatnya inflasi tersebut disebabkan oleh kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2 ribu per liter pada 18 November lalu.
Sementara dalam rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) terakhir pada Kamis (11/12), yang juga RDG terakhir tahun ini, bank sentral memutuskan untuk tidak mengubah BI rate dan juga suku bunga deposito dan lending facility masing-masing sebesar 7,75 persen, 5,75 persen, dan 8 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam riset Mandiri Sekuritas yang ditulis analis Aldian Taloputra dan Leo Rinaldy, langkah BI itu dinilai sudah sejalan dengan ekspektasi Mandiri Sekuritas.
Mandiri Sekuritas menyatakan BI merasa mampu mengelola tekanan inflasi dalam jangka waktu pendek setelah adanya kenaikan harga BBM serta menjaga defisit neraca berjalan (CAD) ke level yang berkesinambungan (sustainable).
Puncak inflasi dinilai bakal terjadi pada Desember 2014. BI memprediksi kenaikan harga BBM yang terjadi baru-baru ini akan memiliki dampak sementara terhadap inflasi selama 3 bulan ke depan dengan posisi Desember 2014 sebagai posisi puncak.
"Kami berbagi pandangan yang sama dan memprediksi akan ada tekanan inflasi tambahan pada bulan terakhir tahun ini," tulis kedua analis tersebut dalam riset yang diterima, Jumat (12/12).
Sebagai tambahan, lanjut Aldian dan Leo, untuk 60 persen dampak langsung kenaikan BBM, berdasarkan kalkulasi akan ada dampak tahap kedua yang akan berdampak terhadap beban transportasi. Ke depannya, naiknya harga makanan juga akan mengikuti kenaikan inflasi.
"Kami memprediksi inflasi akan mencapai 7,5-7,7 persen pada akhir 2014 sebelum akhirnya mulai menjadi normal ke 5,1 persen pada 2015. Sementara itu, BI memprediksi kenaikan beban transportasi sebesar 7,7-8,1 persen," ujar mereka dalam riset.