PELEMAHAN RUPIAH

Raden Pardede: Rupiah Anjlok, Jangan Panik

CNN Indonesia
Selasa, 16 Des 2014 08:05 WIB
Rupiah ditutup melemah 1,98 persen di level Rp 12.714 per dolar AS pada akhir perdagangan Senin (15/12), yang merupakan posisi terendah sejak 1998.
Ekonom CRECO Research Institute Raden Pardede menghimbau masyarakat untuk tidak panik terhadap anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom CRECO Research Institute Raden Pardede menghimbau masyarakat untuk tidak panik terhadap anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Untuk itu, Mantan Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) itu meminta pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meningkatkan koordinasi untuk menenangkan pasar.

"Yang paling penting jangan sampai panik dalam negri. BI dan OJK tetap harus memperhatikan keadaan-keadaan di pasar, jangan sampai ada kepanikan, yakinkan pada pengusaha, pelaku ekonomi," kata Raden saat ditemui di kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta (15/12).

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah ditutup melemah 1,98 persen di level Rp 12.714 per dolar AS pada akhir perdagangan kemarin, Senin (15/12). Posisi rupiah saat ini merupakan yang terendah sejak 1998 yang sempat menyentuh level Rp16.650 per dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Raden melihat pelemahan kurs tidak hanya menimpa rupiah namun juga dialami oleh mata uang negara berkembang lain. "Kalau kita ambil patokan mulai Desember 2013, rupiah termasuk terdepresaisi paling kecil, Ringgit Malaysia juga masih melemah jauh, dolar Singapur juga," katanya.

Menurut Raden, pemulihan kondisi ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di AS sangat kokoh. Di sisi lain inflasi yang dialami AS juga termasuk rendah akibat harga minyak dunia yang turun sehingga mengakibatkan biaya juga turun.

Untuk itu, Raden menilai tidak banyak yang mampu dilakukan oleh para pengambil kebijakan di Indonesia. "Menurut saya BI tidak perlu intervensi, kalau yang perlu diintervensi hanya untuk menjaga volatiilitas yang sangat tinggi. Kita tidak bisa melawan arus dunia," katanya.

Pada kesempatan berbeda, Head of Research Trimegah Securities Sebastian Tobing memperkirakan Bank Indonesia (BI) pada tahun depan akan kembali menaikkan suku bunganya (BI rate) sebesar 25 basis poin (bps) dari posisi saat ini 7,75 persen. .

"Kami perkirakan BI rate naik 25 bps ke level 8 persen pada tahun depan," ujarnya.

Sebastian mengatakan faktor utama yang membuat otoritas moneter menaikkan BI rate karena mengantisipasi rencana Bank Sentral AS (The Fed) menaikan suku bunga acuannya pada tahun depan. "Kami perkirakan suku bunga the Fed akan naik menjadi 1,2 persen pada tahun depan," prediksi dia.

Dampaknya, lanjut Sebastian, produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun depan akan melambat. "Tergantung pada investasi pemerintah seberapa cepat untuk diperbaiki, misal BKPM untuk permudah investasi. Tetapi kami perkirakan GDP akan melambat di second half tahun depan," jelasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER