Jakarta, CNN Indonesia -- Dominasi dolar di pasar global memaksa Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga acuannya sebesar 650 basis poin menjadi 17 persen. Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengkhawatirkan kebijakan itu bisa berdampak pada perekonomian Indonesia.
"Rusia itu dianggap
emerging economic seperti kita. Pasti ada imbasnya ke kita," kata Bambang di kantornya, Selasa (16/12).
Menkeu mengatakan kenaikan signifikan suku bunga acuan Bank Sentral Rusia pasti akan mempengaruhi pergerakan uang di dunia. Kondisi ini mirip dengan situasi pasar global pada pertengahan 2013 ketika Amerika Serikat menghentikan kebijakan stimulusnya (
tapering off).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menyusun langkah bersama BI dan OJK, otoritas moneter dan keuangan," katanya.
Menurut Bambang, depresiasi mata uang wajar terjadi di tengah penguatan ekonomi Amerika Serikat. Dia menilai hal ini sekaligus menguji fundamental rupiah terhadap benturan krisis.
"Menaikan (suku bunga) nanti keputusan dari Bank Indonesia (BI), pemerintah tidak bisa mendrive. Tapi kami ingin melihat rupiah kita bisa menjaga fundamentalnya pada seperti ini," kata Bambang.
Kebangkitan dolar AS hari ini sempat membuat rupiah tembus Rp 13.000 per dolar AS. Tekanan serupa juga terjadi pada ruble yang direspon oleh Bank Sentral Rusia dengan menaikkan suku bunga acuan dari 10,5 persen menjadi 17 persen.