EKONOMI GLOBAL

Upaya Bank Sentral Gagal, Ekonomi Rusia Terancam Krisis

CNN Indonesia
Selasa, 16 Des 2014 13:58 WIB
Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga acuan sebesar 650 basis poin, dari 10,5 persen menjadi 17 persen, menyusul kejatuhan rubel sebesar 48,13 persen di 2014.
Ekonomi Rusia terancam krisis menyusul lonjakan inflasi, depresiasi rubel, dan anjloknya harga minyak. Usaha Bank Sentral Rusia untuk menstabilkan mata uang dengan membeli Rubel dinilai gagal. ( REUTERS/Mikhail Klimentyev)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonomi Rusia terancam krisis menyusul lonjakan inflasi, depresiasi rubel, dan anjloknya harga minyak. Usaha Bank Sentral Rusia untuk menstabilkan mata uang dengan membeli Rubel dinilai gagal.

Dikutip dari CNNMoney, pada Senin pagi (15/12) Bank Sentral Rusia secara mengejutkan mengeluarkan kebijakan konservatif dengan menaikkan suku bunga acuan untuk keenam kalinya dalam setahun, dari 10,5 persen menjadi 17 persen. Kebijakan tersebut diambil setelah Rubel kembali melemah 12 persen terhadap Dollar AS atau hampir 50 persen sejak awal tahun.

Sejauh ini, dominasi dolar AS telah menggerus cadangan devisa Rusia sebesar US$ 80 miliar hingga menyisakan US$ 416 miliar pada saat ini.


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain faktor rubel, anjloknya harga minyak mentah juga turut menekan ekonomi Rusia. Bank Dunia memperingatkan ekonomi Rusia akan menyusut setidaknya 0,7 persen pada 2015 jika harga minyak tidak pulih.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan jajarannya untuk memotong anggaran hingga 5 persen. Kebijakan pemangkasan belanja diperkirakan masih akan berlanjut, terutama untuk sektor pertahanan dan militer yang telah memakan biaya triliunan Rubel.

Lonjakan inflasi, yang diperkirakan mencapai 10 persen pada tahun ini, menambah deret masalah Rusia. Posisi Putin semakin terancam setelah mendapat kritik keras dari rival politiknya dari Partai Liberal RPR-PARNAS.

"Dalam tiga tahun, situasi (politik) akan berubah," kata Dmitry Stepanov dari partai liberal RPR-PARNAS dalam konferensi di Moskow pekan ini. "Negara sedang dalam krisis dan tak seorang pun di pemerintahan tahu cara mengatasinya,” ujar Stepanov.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER