Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali menegaskan pilihannya agar pemerintah menggunakan skema pencairan subsidi tetap untuk setiap liter bahan bakar minyak (BBM) yang didistribusikan ke masyarakat tahun depan. Hal tersebut menjadi pilihan JK, diantara tiga opsi subsidi BBM yang tengah dikaji Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.
JK menilai pergerakan harga minyak tahun ini sangat menarik. Usai naik tinggi sampai pertengahan tahun, harga minyak dunia kemudian turun drastis sampai saat ini.
“Subsidi minyak sangat turun drastis karena dua hal itu. Tapi jangan lupa
revenue pemerintah turun juga dari penjualan minyak. Tapi bagi APBN ini bagus, karena tahun depan kita bisa menggunakan subsidi untuk proyek yang produktif,” ujar JK di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (17/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar bisa membuat APBN menjadi lebih stabil tahun depan karena tidak terombang-ambing pergerakan harga minyak dunia, JK menilai pemerintah harusnya menetapkan anggaran subsidi tahun depan di satu angka tertentu.
“Tahun depan kalau keadaan lebih stabil, yang terbaik adalah membuat harga dengan suatu subsidi yang fix. Katakanlah Rp 1.000 atau Rp 1.500 subsidi per liter. Sehingga tidak perlu lagi selalu ada rapat atau keputusan yang menegangkan. Sama seperti harga Pertamax, tidak ada lagi rapat,” ujar JK.
(Baca juga:
BPH Migas Usul Subsidi Tetap BBM Rp 2.000 per Liter)