Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah data teranyar mengenai volume minyak impor Indonesia mulai terkuak pasca Tim Reformasi Tata Kelola Migas bertemu PT Pertamina (Persero) dan Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
Dari jumlah konsumsi di kisaran 1,5 juta barel per hari (bph), jumlah minyak yang harus diimpor pemerintah dari Singapura ternyata mencapai 1 juta bph.
"
Crude-nya (minyak mentah) 500 ribu barel per hari. Semuanya dilakukan Petral," ujar Anggota Tim Reformasi, Agung Wicaksono di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu (17/12).
Selain minyak mentah, Petral juga diketahui mengimpor dua produk bahan bakar minyak (BBM) yakni premium dan solar yang dilakukan melalui proses tender. Di mana total untuk kedua produk BBM tersebut mencapai 500 ribu bph.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Impor produk jadi itu sepertiga dari konsumsi (1,5 juta bph). 70 persen premium, 30 persennya solar," kata Ketua Tim Reformasi, Faisal Basri.
Besarnya jumlah impor ini, Faisal bilang, berangkat dari minimnya kapasitas kilang pengolahan yang dioperasikan Pertamina. Kapasitas kilang yang dapat dioperasikan Pertamina hanya mencapai 1,039 juta bph lantaran usia kilang sudah tua.
"Jadi jangan aneh juga kalau harga pengolahan lebih mahal ketimbang harga MOPS (Mean of Platts Singapore). Soalnya desain awal kilang tadinya hanya untuk spesifikasi minyak sweat crude dan light yang banyak di Indonesia," ungkap Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir.