Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi
lifting minyak sampai 30 November 2014 mencapai 788 ribu barel per hari (BPH) atau 97 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 sebesar 818 ribu (BPH).
Sementara
lifting gas mencapai 6.746 juta kaki kubik per hari atau 98 persen dari target sebesar 6.853 juta kaki kubik per hari atau 98 persen. Sehingga secara keseluruhan
lifting migas nasional sampai akhir bulan lalu mencapai 1.993 ribu barel setara minyak per hari atau 97,5 persen dari target APBNP 2014 sebesar 2.042 ribu barel per hari.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan dari sisi penerimaan negara, kinerja sektor hulu migas tersebut memberi pendapatan sebesar US$ 25,52 miliar. Masih jauh dari target pemerintah sebesar US$ 29,67 miliar atau baru memenuhi 86 persen target.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sementara dari sisi
cost recovery, realisasi hingga akhir November 2014 mencapai US$ 14,28 miliar atau 94,94 persen dari alokasi
cost recovery dalam APBNP 2014 sebesar US$ 15,04 miliar,” kata Amien dikutip dari situs resmi SKK Migas, Kamis (18/12).
Sebelumnya Indonesian Petroleum Association (IPA) meminta
Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) melakukan terobosan dalam meningkatkan kegiatan hulu migas mulai tahun depan. Jika pemerintah gagal merangsang pengusaha agar mau meningkatkan kegiatan eksplorasi dan produksi migas, maka pada 2019 dikhawatirkan Indonesia akan menjadi negara pengimpor minyak terbanyak di dunia.
“Saat ini banyak lapangan minyak di Indonesia yang mengalami penurunan produksi, sementara permintaan bahan bakar terus meningkat. Kalau pemerintah tidak memberikan insentif baru untuk mempercepat kegiatan eksplorasi, maka pada 2019 Indonesia akan menjadi negara pengimpor minyak terbanyak," ujar Craig Stewart, Presiden IPA beberapa waktu lalu.
Insentif tersebut menurut Stewart akan membantu kontraktor kontrak kerjasama dalam menjalankan kegiatan eksplorasi dan produksi di tengah harga jual minyak dunia yang tengah lesu.
“Produksi minyak terus turun karena minimnya temuan cadangan terbukti lapangan minyak di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Insentif fiskal yang menarik dan kemudahan perizinan tentu akan mendorong kinerja perusahaan migas,” jelas Stewart.
Direktur Salamander Energy Pte untuk Indonesia tersebut juga meminta anggotanya untuk meningkatkan partisipasi dalam kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan untuk menjaga produksi minyak Indonesia.
"Kita tahu angka penemuan minyak Indonesia itu lebih rendah dibandingkan jumlah produksinya. Oleh karenanya IPA siap menjadi mitra Pemerintah dalam rangka meningkatkan produksi serta cadangan," tuturnya.