Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan pengelola pusat perbelanjaan Senayan City PT Greenwood Sejahtera Tbk menargetkan pendapatan tahun depan bisa naik 200 persen menjadi Rp 600 miliar dibandingkan target tahun ini Rp 200 miliar. Perseroan menyiapkan dana belanja modal sebesar Rp 1 triliun pada 2015 dan Rp 1,7 triliun pada 2016 guna menopang target tersebut.
Selain membangun dan mengelola Senayan City, Greenwood dikenal dengan portofolio lainnya di Jakarta seperti gedung perkantoran TCC Batavia, Kuningan City, The Peak, Emporium Pluit dan LTC Glodok.
Corporate Secretary Greenwood Sejahtera Linda Halim mengatakan manajemen optimistis mampu meraih target yang melonjak dua kali lipat tersebut. Linda mengatakan perseroan memiliki rencana menggarap beberapa proyek prestisius di Jakarta dan Surabaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Untuk di Jakarta, kami akan mengembangkan menara perkantoran kami yang kedua di area Sudirman. Sementara di Surabaya kami bakal mengembangkan proyek
mix used dan apartemen,” ujarnya dalam paparan publik di Jakarta, Kamis (18/12).
Linda menyebut proyek yang akan dikembangkan tersebut bernama TCC Batavia Tower II untuk menara perkantoran di Jakarta. Kemudian di Surabaya bernama Capital Square untuk proyek
mix used, dan SBY2 untuk apartemen.
Untuk TCC Batavia Tower II di desain memiliki 20 lantai dengan total area yang dapat disewakan mencapai 57.459 meter persegi. Sementara untuk Capital Square memiliki 453 unit apartemen, 110 unit ruang perkantoran, dan 239 unit
loft.
Perseroan memiliki konsep pengembangan yang mengutamakan cakupan lebih luas bagi segmen pembeli maupun penyewa. Selain itu adalah marjin yang lebih tinggi, durasi sewa yang lebih panjang, nilai properti yang terjaga di level tinggi dan bertumbuhnya segmen pasar high-end.
Direktur Keuangan Greenwood Bambang Dwi Yanto mengatakan dana belanja modal berasal dari penerbitan obligasi berkelanjutan perseroan saat ini sebesar Rp 500 miliar yang secara total ditargetkan mencapai Rp 1,5 triliun.
“Selain itu, kita juga mempunyai sumber dana dari kas internal dan pinjaman bank,” ujarnya. Penjualan perseroan hingga Juni 2014 tercatat sebesar Rp 124,56 miliar. Sementara laba bersih Greenwood mampu mencapai Rp 110,33 miliar dengan total aset perseroan hingga periode tersebut tercatat Rp 2,2 triliun.
Dampak RupiahManajemen Greenwood menyatakan dampak pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum dirasakan perseroan pada tahun ini. Perseroan memperkirakan dampak pelemahan rupiah baru akan dirasakan pada 2015 karena bahan baku proyek yang diimpor.
“Proyek baru mulai tahun depan. Kebutuhan proyek yang diimpor seperti
lift, eskalator, dan beberapa bahan bangunan,” ujarnya.
Linda Halim menambahkan meski terkena dampak negatif terkait impor bahan baku proyek, perseroan masih terbantu oleh biaya sewa ruang perkantoran. Alasannya, biaya sewa perkantoran yang dimiliki perseroan menggunakan dolar AS.
"Biaya sewa perkantoran kita US$ 35-40 per meter persegi. Kalau seratus meter bisa US$ 3.500-4.000. Kita masih terbantulah dengan biaya sewa tersebut," ujarnya.
Sekedar informasi, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap USD belakangan ini sempat mencapai titik puncaknya di level Rp 12.900 per dolar AS. Namun, setelah adanya intervensi dari Bank Indonesia, kurs tengah rupiah kembali menguat menjadi Rp 12.565 per dolar AS.