MAFIA MIGAS

Belum Periksa Sektor Hulu, Tim Antimafia: Sabar Ya

CNN Indonesia
Minggu, 21 Des 2014 16:36 WIB
Tim Reformasi Tata Kelola Migas menyatakan bahwa pihaknya masih belum akan memeriksa sektor hulu dari industri minyak dan gas bumi. Kini fokus ke hilir dulu.
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri, memberikan keterangan terkait rekomendasi kebijakan BBM bersubsidi, di Kementerian ESDM, Jakarta, Minggu (21/12). (CNN Indoneisa/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Reformasi Tata Kelola Migas menyatakan bahwa pihaknya masih belum akan memeriksa sektor hulu dari industri minyak dan gas bumi serta belum akan memberikan rekomendasi terkait hal tersebut.

"Kami sering dapat kritikan di media sosial karena dianggap selalu ngurusi Petral dan sektor hilir. Perkenankanlah kami untuk memantau kinerja dari hulu ke hilir. Kami juga ingin melihat bagaiman proses bisnisnya dan kultur perusahannya," kata Ketua Tim Transformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri.

Faisal mengakui bahwa sulit sekali untuk mendalami sektor migas dari hulu ke hilir ini. Ia mengatakan bahwa untuk sektor hilir saja, ia dan tim harus menelaah 270 lebih perizinan yang terdapat di dalam sektor ini sebelum akhirnya nanti bisa merekomendasikan hal-hal yang perlu dibenahi di sektor hilir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bicara tentang migas begini awalnya juga tidak paham. Namun seiring berjalannya waktu pemahaman kami makin sempurna. Tapi bukan berarti pemahaman kita sekarang sudah sempurna," ujarnya.

Faisal juga menambahkan bahwa untuk mengetahui proses hulu ke hilir, dibutuhkan auditor forensik untuk mempelajari hal tersebut. "Tapi, saya pernah ngomong ke auditor forensik kalau mereka butuh waktu empat bulan untuk mempelajari proses dari hulu ke hilir. Saya mohon kesabarannya" tambahnya.

Tim itu kini fokus dahulu terhadap formulasi perhitungan harga bahan bakar yang berlaku dengan berupaya mengganti RON 88 menjadi RON 92. (Baca: Tim Antimafia Minta Pertamina Hanya Jual Pertamax)
 
Hal ini menjadi penting karena penetapan harga bahan bakar dengan oktan RON 88 terlihat bias mengingat tidak ada kutipan RON 88 di di MoPS (Harga bursa) Singapura dan proporsi impor premium RON 88 yang mencapai 70 persen dari total peredaran premium.

"Kita minta data-data lelang selama lima tahun terakhir dan kami dalam proses mengenai permintaan data ini," katanya.

Sebagai tindak lanjutnya, Faisal dan tim berencana untum menggelar paparan rekomendasi ke-dua sebelum akhir tahun 2014 ini, masih menyangkut sektor hilir. "Nanti rekomendasi kedua kami akan mengenai tata kelola Petral," ujar Faisal.

Faisal berharap di akhir masa tugas tim transisi ini dapat memberikan rekomendasi yang menyeluruh. "Sekarang kita berikan dulu rekomendasi yang jelas bisa dilakukan," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER