Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang diketuai Faisal Basri merekomendasikan pemerintah untuk mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan oktan RON 92 saja. Jika disetujui, Pertama diminta mengganti semua bahan bakar miliknya jadi RON 92 dalam waktu lima bulan mendatang.
"Inginnya sih dua bulan mendatang semua sudah RON 92, tapi waktu itu terlalu singkat bagi Pertamina. Lima bulan maksimal Pertamina sudah mengaplikasikan hal ini," ujar Faisal, di Jakarta, Minggu (21/12).
Di Indonesia, Pertamina menjual BBM jenis RON 92 dengan nama Pertamax, sedangkan RON 88 adalah Premium. (Baca:
Tim Antimafia Migas Minta Impor Bensin RON 88 Disetop)
Tim itu meminta pemerintah menghentikan peredaran serta penggunaan bahan bakar dengan oktan RON 88 atau Premium. Hal ini dilakukan mengingat negara-negara lain sudah tidak menggunakan BBM jenis itu. Sehingga karena hanya Indonesia saja yang memakai, penetapan harganya jadi bias.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi meskipun ini terlihat monopsoni, kita tidak bisa menentukan harganya karena tidak ada MOPS untuk Ron 88. Harga Indeks Pasar (HIP) dihitung berdasarkan jenis BBM yang paling mendekati," kata Faisal.
Faisal menambahkan bahwa HIP menggunakan benchmark yang bias. Peserta tender Mogas 92 di Singapura adalah National Oil Companies (NOC) dan Petral tak terlibat di pasar Mogas 92. Maka dari itu, Petral hanya menjadi penerima harga (
price taker) dalam impor Ron 88 dan Tim Antimafia mensinyalir kemungkinan adanya kartel dalam pembentukan harga mogas 92.
Maka dari itu, Faisal dan timnya menginginkan penggunaan bahan bakar beroktan RON 92 secara penuh di Indonesia agar terdapat
benchmark harga yang pasti dan pembentukan harga bahan bakar yang lebih transparan. Penggunaan RON 92 juga akan membuat rumus penetapan harga BBM menjadi lebih mudah karena terdapat data MOPS bagi bahan bakar itu.
Namun, Faisal mengakui bahwa dengan adanya pengalihan ini, maka Indonesia akan mengalami ketergantungan impor bahan bakar RON 92 dalam jangka pendek.
"Kalau nambah empat oktan tambahan
cost-nya bisa 1,4 persen. Tetapi meskipun ada
cost-nya, pengalihan ini akan memberikan efek jangka panjang. RON 92 lebih efisien penggunannya dan lebih ramah lingkungan dibanding RON 88," kata Faisal lagi.