BBM BERSUBSIDI

BPH Migas Usul Jangka Waktu Perubahan Harga BBM Bersubsidi

CNN Indonesia
Rabu, 24 Des 2014 09:10 WIB
Pemerintah diminta mempertimbangkan waktu penyesuaian harga BBM bersubsidi yang lebih lama dibandingkan Pertamax yang dilakukan dua minggu sekali.
BPH Migas usulkan perubahan harga BBM bersubsidi dibedakan dengan BBM non subsidi. (CNN Indonesia/Agust Supriadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana pemerintah menerapkan subsidi tetap bahan bakar minyak (BBM) mulai Januari 2015, membuat Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menghasilkan banyak usulan sebagai bahan pertimbangan pemerintah. Selain mengusulkan besaran subsidi tetap di kisaran Rp 1.500-Rp 2.000 per liter, BPH Migas juga mengusulkan jangka waktu ideal naik turunnya harga BBM sebagai konsekuensi penerapan model subsidi tersebut.

Anggota Komite BPH Migas Ibrahim Hasyim menjelaskan jika subsidi tetap jadi digunakan pemerintah, mak harga bensin jenis premium, solar, dan minyak tanah yang masih mendapat subsidi akan bergerak mengikuti naik-turunnya harga minyak dunia.

“Seperti harga pertamax saat ini yang berubah-ubah. Saat ini harga minyak dunia sangat rendah, dan diperkirakan akan naik lagi. Kalau ini terjadi, pasti akan berdampak ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Oleh karena itu subsidi tetap harus segera dilakukan,” kata Ibrahim dikutip dari siaran pers, Rabu (24/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun agar membuat masyarakat tidak kaget dengan implementasi di lapangan atas kebijakan subsidi tetap tersebut, Ibrahim mengusulkan agar naik turunnya harga BBM bersubsidi nanti tidak dua mingguan seperti harga pertamax dan BBM non subsidi lainnya.

“Naik turunnya harga harus jangka waktu yang lebih panjang, tidak seperti pertamax yang harganya berubah sekitar dua minggu sekali. Nanti pemerintah tinggal menetapkan besaran subsidi antara Rp 500 sampai Rp 2.000 per liter,” ujarnya.

BPH Migas menurut Ibrahim menilai, pemerintah tidak perlu memberi subsidi lebih dari Rp 2.000 per liter sebab hal tersebut justru berpotensi memicu terjadinya penyelewengan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER