Jakarta, CNN Indonesia -- Bank sentral Rusia mulai mengalami kekurangan kas valuta asing untuk menghentikan pelemahan nilai tukar mata uang rubel dan krisis yang mengancam ekonomi negara tersebut.
Hingga saat ini, bank sentral Rusia telah menggelontorkan lebih dari US$ 110 miliar sebagai suplai valuta asing. Jumlah tersebut diketahui lebih dari seperempat dari cadangan yang ada.
Cadangan finansial Rusia yang juga berasal dari emas dan aset lancar lainnya, telah turun menjadi sebesar US$ 398,9 miliar pada 19 Desember 2014 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengeluaran Rusia dinilai sangat masif pada beberapa minggu ini. Sejak awal Desember saja, pemerintah Negeri Beruang Merah itu telah mengeluarkan dana lebih dari US$ 21 miliar.
Lebih lanjut, pengeluaran tersebut seiring dengan beberapa langkah lain untuk menopang sektor perbankan, yang bertujuan menahan pelemahan rubel.
Rusia sedang melangkah dalam jalur yang tujuannya memompa 1 triliun rubel atau US$ 18,6 miliar kepada perbankan Rusia pada tahun depan. Selain itu, Rusia juga ingin mempertahankan deposit asuransi untuk menyimpan dana hingga US$ 26.000.
Di sisi lain, mata uang rubel sempat menanjak hingga 6 persen terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat (26/12) lalu.
Kepala Ekonom Sberbank CIB Evgeny Gavrilenkov mengatakan strategi bank sentral Rusia dengan menggelontorkan valas adalah tidak ideal, dan malah membebani area lain di sektor finansial.
"Liabilitas perbankan dan restrukturisasi utang memiliki biaya yang tinggi pada saat ini. Hal itu menyebabkan sistem perbankan sangatlah rapuh," ujarnya seperti dikutip dari CNN Money, Sabtu (27/12).
Untuk diketahui, pada minggu lalu, sebuah bank lokal Rusia terpaksa gulung tikar, di susul suku bunga pinjaman bank yang meroket. Adapun tingkat suku bunga
overnight pada saat ini mencapai 19 persen. Hal itu mengindikasikan seriusnya krisis pembiayaan di Rusia.