Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan Energi Nasional (DEN) mengusulkan agar Pemerintah meningkatkan cadangan bahan bakar minyak (BBM) dengan membangun sebanyak-banyak tangki penimbunan di saat harga minyak dunia tengah anjlok seperti sekarang ini. Langkah ini diyakini akan menguntungkan Indonesia, karena akan memiliki banyak cadangan minyak di saat harga emas hitam kembali naik suatu saat nanti.
"Kami khawatir dengan cadangan energi nasional yang Indonesia punya. Kalau bisa beli minyak dan langsung stok dengan berbagai cara seperti menggunakan tangki minyak (timbun), tentunya akan bermanfaat ketika harga kembali naik," ujar Koordinator Bulanan DEN Sonny Keraf di Jakarta, Rabu (14/1).
Selain tangki timbun, Sonny bilang DEN juga mengusulkan agar pemerintah tak lagi memberikan subsidi harga BBM kepada masyarakat. Usul ini dimaksudkan agar dana yang didapat dari penghematan BBM dapat dialokasikan untuk pengembangan energi baru dan terbarukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini sektor energi baru dan terbarukan (EBT) tidak mendapat cukup perhatian untuk dikembangkan karena dananya tersedot untuk subsidi BBM. EBT sendiri saat ini masih terkendala lantaran jauh lebih mahal dan tidak kompetitif," terang Sonny.
Sementara itu anggota DEN Andang Bachtiar memprediksi penurunan harga minyak dunia akan berlangsung lama. Hal ini mengingat turunnya harga minyak dilatarbelakangi oleh persaingan industri migas antara negara-negara timur tengah dengan Amerika Serikat.
"Kondisi sekarang berbeda dengan 2009 dimana harga minyak turun lantaran adanya perlambatan ekonomi Amerika dan pada akhirnya (harga) minyak cepat rebound karena Tiongkok gencar-gencarnya berproduksi. Kalau sekarang rebound-nya lama karena OPEC juga membiarkan adanya peningkatan produksi," kata Andang.
Untuk itu, dia mendesak Menteri ESDM Sudirman Said yang juga merupakan Ketua Harian DEN untuk segera melaksanakan kebijakan yang strategis dengan membangun kilang penyimpanan atau penimbunan.
Butuh WaktuMenanggapi hal ini, Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Naryanto Wagimin mengatakan diperlukan waktu yang lama untuk membangun kilang minyak penimbunan seperti usulan DEN.
"Mustahil dalam waktu dekat apalagi injeksi minyak ke reservoir yang lama. Kalau pada akhirnya membangun kilang penimbunan untuk cadangan energi, saya rasa harga minyak akan rebound lagi sebelum fasilitas itu jadi," ungkapnya. Menurut Naryanto, saat ini kapasitas kilang minyak penimbunan milik Pertamina hanya mencapai 21 hari.
Sebelumnya Anggota Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Ibrahim Hasyim telah
menyarankan Pertamina untuk dapat memanfaatkan momentum pelemahan harga minyak dunia untuk membuat kontrak impor minyak jangka panjang.
“Meski target produksi minyak Indonesia mencapai hampir 1 juta barel per hari, tetap tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sementara untuk mengembangkan lapangan-lapangan minyak baru dibutuhkan waktu. Mau tidak mau tetap harus impor,” ujar Ibrahim.
Bahkan menurut Ibrahim, seharusnya pemerintah juga mendorong Pertamina membuat kontrak impor minyak jangka panjang ketika harga sedang rendah. “Pemerintah perlu membangun komunikasi bagaimana membangun sistem impor jangka panjang dari negara yang mengalami kesulitan mengekspor minyak, sehingga sistem bisnisnya lebih jangka panjang,” katanya.
(gen)