Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Unit Taksi menyatakan komponen biaya terbesar pengusaha taksi adalah untuk suku cadang, yang selama ini sangat dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Biaya suku cadang lebih dari 50 persen, sedangkan ongkos bahan bakar minyak (BBM) hanya sekitar 15 persen dari seluruh biaya operasional taksi.
"Batas bawah tarif taksi saat ini Rp 4.000 per kilo meter dan batas atasnya Rp 4.600, jadi masih ada selisih Rp 600. Jadi mungkin kami akan gunakan tarif bawah," ujar M Siburian, Ketua Organda Unit Taksi DKI Jakarta kepada CNN Indonesia, Ahad (18/1).
Siburian menjelaskan jarak tempuh taksi untuk setiap liter bensin rata-rata sekitar 10 kilo meter. Dengan harga baru premium Rp 6.600 per liter terhitung mulai besok, maka telah terjadi penurunan harga Rp 1.900 per liter sejak posisi terakhir sebelum turun (Rp 8.500 per liter), yang jika dikonversi ke tarif taksi selisihnya hanya Rp 190 per kilo meter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara range tarif kita, antara batas bawah dan batas atas Rp 600 dan selisih Rp 190 itu masih dalam range. Repot kalau setiap dua minggu mengubah tarif, jadi kita pakai tarif bawah," tuturnya.
Menurut Siburian, proses untuk mengubah batas bawah atau batas atas tarif taksi membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar dua pekan sebelum diterapkan. Apabila harga BBM berubah setiap dua pekan, maka akan sangat merepotkan dan menimbulkan ketidakpastian bagi operator angkutan umum.
"Belum lagi kita harus mengubah tera argometer taksi ke Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang itu ada biayanya laikny auji KIR," kata Siburian.
Kendati demikian, lanjut Siburian, Organda akan mengkaji kebijakan pemerintah yang mencabut subsidi premium dan melepas harga jualnya mengikuti mekanisme pasar. Pekan depan dijadwalkan Organda akan menggelar rapat besar untuk memutuskan kebijakan tarif angkutan umum.
"Jadi belum ada keputusan final. Kemungkinan turun tetap terbuka," katanya.
Siburian menambahkan saat ini jumlah armada taksi di DKI Jakarta sebanyak 27.000 unit milik beberapa perusahaan.
Sementara itu, Humas Blue Bird Teguh Wijayanto mengatakan perusahaannya akan mengikuti keputusan Organda p[erihal penetapan tarif baru. "Jadi belum ada keputusan, kami akan tunggu kepastian Organda," katanya.