Manajemen PT Pertamina (Persero) optimistis proyek RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) yang dibangun di komplek kilang minyak Cilacap bisa beroperasi penuh pada Juni 2015. Pengoperasian proyek RFCC sendiri dilakukan dalam rangka mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) dan produk petrokimia yang dilakukan Indonesia.
"Pertamina akan (terus) berupaya menutup gap permintaan dan kapasitas produksi yang ada sekarang melalui beberapa program, seperti RDMP (Refinary Development Program), RFCC, dan PLBC (Proyek Langit Biru Cilacap). Soalnya dalam 10 tahun ke depan kami memproyeksikan permintaan Premium menembus 77 juta KL sedangkan Solar 54 juta KL," ujar Direktur Pengolahan Pertamina, Rahmad Hardadi di Jakarta, Minggu (25/1).
Proyek RFCC Pertamina diketahui menggunakan Technology Licensor UOP dan AXENS yang mampu meningkatkan kapasitas kilang minyak Cilacap sebesar 62.000 barel per hari (bph). Selain produk BBM (Bahan Bakar Minyak), proyek ini juga bisa meningkatkan produksi gasoline sebesar 2 juta kl per tahun, LPG sebanyak 352.000 ton per tahun dan produk propylene mencapai 142.000 ton per tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT